no klik kanan

Kamis, 27 Desember 2012

PNS Tomohon Pilih Safari Natal

Hari Pertama Masuk Kantor
Tomohon, KM-
Hari pertama masuk kantor di lingkungan Pemerintah Kota Tomohon, sebagian besar PNS tampak belum melakukan aktifitas seperti biasa, dan mereka memilih untuk “jalan-jalan”. Mungkin karena atasan mereka juga masih malas untuk ngantor  karena masih dalam suasana perayaan Natal, makanya para staf di sebagian SKPD ikut tidak ngantor, ataupun masuk kantor hanya melaksanakan absensi sidik jari dan keluyuran lagi.
“ Bapak kepala dinas juga nanti masuk kantor pada siang hari, dan juga pekerjaan di kantor masih minim. Makanya kami memilih jalan-jalan berkunjung ke rumah teman-teman sekadar untuk santai sejenak” ungkap salah satu pegawai.
“ini menandakan kinerja PNS yang tidak professional. Padahal dari pemerintah kota Tomohon telah menegaskan bahwa hari ini (kemarin.red) mereka sudah harus melaksanakan aktivitas pelayanan public, namun kenyataannya, banyak PNS yang melaksanakan “safari Natal” , bahkan ada yang belum masuk kantor” tandas salah seorang warga yang enggan namanya dikorankan.
Dari pemantauan wartawan Koran Manado, banyak PNS yang berkeliaran saat jam kantor dan memilih kongko-kongko di beberapa tempat seperti rumah makan dan rumah teman-teman mereka. (steven.tombokan) 

Kamis, 20 Desember 2012

Pinawelaan dan Kameya, Menunggu Ketukan Palu sang Penguasa

Catatan akhir tahun

Oleh : Steven Tombokan

 Siang itu, 13 September  2012, sebagian masyarakat Kelurahan Kakaskasen 1 Kecamatan Tomohon Utara, dipimpin langsung oleh Lurah Emma Polii beserta aparat keamanan. Kapolsek Tomohon Utara AKP Roy Tangkuman dan Dan Ramil Tomohon Kapten Ahmad Nurdin berbondong-bondong menuju lokasi Pinawelaan  dan Kameya yang menurut mereka telah meresahkan warga. Bak pelaksanaan eksekusi lahan, sang penguasa kelurahan-pun hengeluarkan satu kata dengan lantang Bongkar ! .
Sebagian warga yang mengetahui nilai sejarah di tempat tersebut  tercengang, dan memilih untuk duduk menjadi penonton. Namun, sebagian warga yang tidak mengenal adat ataupun hanya berpura-pura tidak tahu adat langsung turun menjadi eksekutor dadakan. Tak selang 1 jam, tempat ritual adat itu pun lulu lantah rata dengan tanah. Tak sedikit kata-kata penyesalan yang keluar dari mulut warga yang tidak turut ambil bagian dalam tim perompak tempat budaya  tersebut.
“sejak dulu kami tau tempat ini adalah tempat untuk menyembuhkan penyakit maupun tempat untuk “memandikan” serdadu yang akan turun ke medan perang. Sayang, tempat yang kami tahu dikeramatkan sejak dulu, akhirnya diporak-porandakan oleh oknum “penguasa” yang mengaku pembela kota budaya, menjunjung tinggi adat-istiadat, namun ternyata yang bersangkutan tidak tahu adat” sesal om Anton pemilik sah lahan tersebut.
“Tempat itu sejak dulu memang sakral, dan dipercaya oleh leluhur serta dijadikan masyarakat sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, airnya dipercaya bisa menyembuhkan penyakit,” katanya.
Kendati  salah seorang warga, Eduard Mamuaja mengklaim bahwa tanah itu miliknya, Anthon sulu langsung membawa bukti sertifikat tanah tersebut pada pemerintah kelurahan dan, sekali lagi sang penguasa bak kebakaran jenggot karena “gagal” mencari kambing hitam untuk mengkaver bahwa tempat itu adalah sah milik Anthon Sulu.
Sejenak kita tengok jauh kebelakang mengenai  tempat yang diklaim masyarakat sekitar sebagai lokasi adat tersebut.
‘Pinawelaan’ juga berasal dari bahasa Tombulu, ‘wela’ berarti ‘belah’, ‘welana’ berarti ‘jiwa-jiwa yang penasaran akibat peperangan’. Pinawelaan menjadi tempat diakhirinya semua amarah, kebencian, dendam dan jiwa yang penasaran serta panasnya ‘pengetahuan’ (pegangan ilmu) dalam peperangan terutama dalam Perang Minahasa-Bolaang Mongondow. Di tempat ini ritual sumampet mawuri diadakan untuk mengakhiri perang dalam mengakhiri amarah, jiwa penasaran dan lain-lain. ‘Sumampet’ sendiri berarti ‘akhiri’, dan ‘mawuri’ berasal dari kata ‘ma’uri’ atau ritus perang (Ritual Mauri).
Legenda Minahasa menuturkan bahwa timbulnya perang Minahasa–Bolaang Mongondow berawal dari kisah Pingkan-Matindas. Pingkan Mogonunoy adalah seorang puteri dari Walak Tombariri (dari Tombulu) yang tinggal di Mandolang dekat Tanawangko. Ia kawin dengan Makaware’ Matindas asal Tonsea. Pingkan adalah cicit dari Opo Rumengan (keturunan ke-4), dari garis Matinempung dan Walansendow (anak Lumalundung dan Mamanua, kisah pancuran telaga Tumatenden) serta Pingkan dan suaminya Tou Ni Singal. Istri Opo Lumi (Kepala Walak/Hukum Majoor Tomohon antara tahun 1623-1670) bernama Wue’ adalah keturunan ke-5 dari Pingkan dan Matindas. Opo Lumi adalah Kepala Walak Tomohon yag disakiti serdadu Spanyol sehingga membangkitkan amarah orang Tombulu, hingga berujung pada Perang Minahasa-Spanyol antara tahun 1643/1644. Kepala Walak/Hukum Majoor Tomohon antara tahun 1680-1725 yaitu Opo Paat, yang mengundang Belanda datang ke Minahasa tahun 1654 adalah keturunan ke-6 dari Pingkan dan Matindas.
Raja Mokoagow, yang menjadi punu’ (=raja) Bolaang Mongondow antara tahun 1600-1620, berusaha meminang Pingkan namun ditolak. Pingkan melarikan diri ke Maadon di dekat Kema, namun Mokoagow mengejar mereka. Sebagai jalan terakhir, Pingkan memperdaya Mokoagow sehingga ia dibunuh oleh pasukannya sendiri yang tidak mengira bahwa yang mereka bunuh adalah raja mereka sendiri.
Kematian raja Mokoagow akhirnya diketahui oleh rakyat dan keluarganya di Mongondow. Maka timbullah peperangan besar antara orang Minahasa dengan rakyat Bolaang-Mongondow. Dalam peperangan pertama di Maadon Kema, Pingkan dan Matindas gugur dalam mempertahankan kehormatan bangsa Minahasa. Pada mulanya pasukan Mongondow hanya memerangi orang Tonsea, namun karena pasukan Mongondow ini merampok dan merampas harta di seluruh tanah Minahasa, maka bersatulah Tonsea, Tombulu, Toulour dan Tontemboan dan menyapu bersih seluruh pasukan Bolaang-Mongondow dari tanah Malesung.
Sejumlah tonaas yang memimpin peperangan melawan Bolaang-Mongondow adalah Worung, Wahani dan Mandagi dari Tombulu; Kalesaran dari Tondano, Lengkong Wuaya dari Tonsea, Pelealu dan Nangka dari Tontemboan.
 Kematian raja Mokoagow ini ditanggung oleh orang Tonsea, Tombulu dan Toulour karena Pingkan dan Matindas adalah keturunan dan pemimpin dari ketiga daerah tersebut. Itulah sebabnya mengapa Foso Mahapansah (pansa=tempat membuat api dari kayu yang berbentuk segi empat yang diisi tanah, atau juga disebut dodika) yang diadakan tiap tahun, terakhir kali dilaksanakan pada tahun 1870-an, hanya dilakukan oleh ketiga suku tersebut, sedangkan Tontemboan hanya datang sebagai tamu pelengkap.
Untuk daerah Tombulu, Foso Mahapansa diadakan tiap tahun di daerah Pinahwelaan Kakaskasen. Foso Mahapansa orang Tonsea dilakukan di daerah Kinasempo’an antara desa Laikit dan Mapanget sekarang, dan orang Tondano melakukannya di bukit Langkiman yang terletak di antara Kapataran dan Belang, dengan pusat Foso Mahapansa berlokasi di Ma’adon dekat Kema. Upacara posan ini dilakukan dengan inti foso mangelur, yaitu membujuk roh leluhur atau roh Raja Mokoagow dari Mongondow agar tidak mengganggu kehidupan orang Malesung Minahasa.
Pinawelaan menjadi tempat diakhirinya semua amarah, kebencian, dendam dan jiwa yang penasaran serta panasnya pengetahuan (pegangan ilmu) dalam peperangan terutama dalam Perang Minahasa-Bolaang Mongondow. Di tempat ini ritual sumampet mawuri diadakan untuk mengakhiri perang dalam mengakhiri amarah, jiwa penasaran dan lain-lain. Sumampet sendiri berarti akhiri, mawuri berasal dari kata ma’uri atau ritus perang (Ritual Mauri). Pusat orang Tombulu melakukan ritual foso untuk mengakhiri perang selalu dilakukan di Pinawelaan, sebelah barat Kakaskasen.
Kaimeya berasal dari bahasa Tombulu, ‘kai’ berarti ‘orang, kita semua, benih’, serta ‘meye’ yang berarti ‘yang didatangi’. ‘Kaimeye’ berarti ‘yang didatangi orang’, sehingga tempat ini berarti tempat bertemu dua kelompok (torang tu da bakumpul di tampa ini). Tempat ini menjadi tempat pertemuan dan perdamaian dari kedua tumpukan Pinontoan Lokon dan Rumengan dari Mahawu, yang datang untuk berjanji hidup bersama serta menjadi tempat sipat/batas berburu.
Legenda orang Tombulu menyebut bahwa Rumengan dan adiknya Pinontoan yang disebut Pinontoan Lokon atau Opo Lokon Tu’a adalah anak dari Muntu-untu dan Rumintu’unan serta cucu-cucu dari Toar-Lumimuut. Kedua kakak beradik ini tinggal di sekitar mata air kaki gunung Lokon bersama kedua orang tua dan adik mereka bernama Manarongsong. Setelah dewasa Rumengan mengambil Kati sebagai istrinya yang kemudian berubah nama menjadi Katiwiey dan berpindah di sekitar gunung Rumengan dan Mahawu serta menjadi penguasa tanah di daerah itu. Kati adalah anak dari Soputan dan Pariwuan yang pada akhir hidupnya tinggal di sekitar gunung Soputan. Anak Rumengan dan Katiwiey ialah Linouw, Matinempung dan lain-lain.
Adik Rumengan bernama Pinontoan Lokon jatuh cinta dengan istrinya, Kati, sehingga membawa larinya, yang kemudian diubah namanya menjadi Katiambilingan. Anak Pinontoan dan Katiambilingan ialah dua anak laki-laki bernama Ahkaimbanua dan Singal Pinontoan. Pinontoan tetap tinggal di dekat orang tuanya, di kaki gunung Lokon dan menjadi penguasa tanah di situ.
Akibat Pinontoan yang mengambil istri Rumengan maka berperang kedua bersaudara itu di daerah ‘Pinahwela’an’ (=tempat bergelut) kaki gunung Lokon. Pinontoan mengerahkan kekuatannya dengan memuntahkan abu dari gunung Lokon untuk menyerang Rumengan, namun ditahan oleh Rumengan dengan mengerahkan abu dari gunung Mahawu.
Akhirnya kedua bersaudara itu dipertemukan dan berdamai di sebuah mata air yang dinamakan kemudian sebagai Kaimeye, menjadi tempat pertemuan dan perdamaian dari kedua tumpukan Pinontoan Lokon dan Rumengan, di mana mereka datang untuk berjanji hidup bersama sekaligus menjadi tempat sipat/batas berburu.
Legenda juga menyebut bahwa di Watu Kaimeye ini tempat ikrar sumpah tersebut termasuk bila sewaktu-waktu Lokon maupun Mahawu meletus, maka sumber muntahan material hanya sampai di batas sipat yang sudah disepakati bersama ini. Sampai sekarang terdapat dua bukti yakni batas dari Pinontoan dengan adanya dinding bebatuan yang berjejer memanjang sebagai batas di sebelah barat Kameya dan di sebelah timur merupakan batas sipat terdiri hanya dari dinding tanah saja, karena Lokon mengeluarkan material bebatuan dan Mahawu hanya lumpur dan debu.
Keturunan Pinontoan Lokon dari anaknya Ahkaimbanua, yaitu tonaas Pukul menjadi pemimpin dan walian di pemukiman para turunan Pinontoan bernama pemukiman Maiesu Kinilow. Letaknya berada di antara mata air Kaimeya dan Pinawelaan. Anak Pukul dan istrinya Suanen ialah Rareseempung dan cucunya bernama Lumongdong menjadi penerus kepala pemerintahan di daerah Kinilow Tu’a tersebut. Keturunan dari Lumongdong bernama Mokoagow menjadi pendiri kampung Muung yang berkembang pesat menjadi pemukiman utama Tou Muung, yang sekarang dikenal dengan nama Tomohon.
Keturunan generasi ke-5 dan generasi ke-11 dari Opo Pinontoan Lokon bernama Opo Riri Mokoagow dan Opo Sahiri Supit. Mokoagow menjadi pendiri Tou Muung serta menjadi Kepala Walak Tomohon yang pertama. Opo Sahiri Supit menjadi Kepala Walak/Hukum Majoor Tomohon antara tahun 1679-1738, sekaligus menjadi trio yang menandatangani Kontrak Persahabatan Minahasa-Belanda tahun 1679 dan 1699, sekaligus mengundang Kompeni Belanda bercokol di Minahasa.
Keturunan Opo Pinontoan Lokon dan istrinya Katiambilingan yang terkenal adalah Opo Sahiri Supit (keturunan generasi ke-11, asal usul fam Supit, waruganya di depan gereja GMIM Eben Haezer Woloan), Kepala Walak/Hukum Majoor Ares Tololiu Supit (keturunan ke-12, Kepala Walak Ares Manado sekitar tahun 1710), Hendrik Jacob Werias Supit (keturunan ke-16, Majoor Walak Tondano antara 1848-1862, menangkap Kyai Modjo dan Pangeran Diponegoro), Majoor A.L. Waworuntu (keturunan ke-16, Majoor Sonder 1887-1890, anggota Volksraad), Ibu A.M. Tine Waworuntu (keturunan ke-17, Walikota Manado tahun 1950-1951, merupakan walikota wanita pertama di Indonesia), Rondonuwu dengan nama baptis Roland Ngantung (keturunan ke-17, Kepala Walak/Majoor Tomohon antara tahun 1853-1860, waruga ayahnya terletak di depan pertigaan Matani Tomohon), Ir. Fred J. Inkiriwang (keturunan ke-19, Menteri Perindustrian RI dalam Kabinet Karya/Djuanda tahun 1957-1959), Ds. A.Z.R. Wenas (keturunan ke-19, mantan Ketua Sinode GMIM), Kolonel Alex E. Kawilarang (keturunan ke-20, Panglima Kodam Siliwangi dan Panglima Besar Permesta),  dan Dr. S.H. Sarundajang (keturunan ke-21, Gubernur Sulawesi Utara).

Hanya sebatas Janji
Penanganan pemeritah dalam kasus inipun terkesan hanya sebatas janji-janji semata. Padahal Hari Sabtu, 15 September 2012, pengurus Aliansi Masyakarat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara dan Komunitas Adat Sarongsong melakukan rapat dengan sejumlah praktisi budaya Minahasa seperti para tonaas, anggota komunitas adat, budayawan Minahasa, sejarawan Minahasa, wartawan dan pengacara di kelurahan Kakaskasen I. Rapat koordinasi ini berlangsung dari sore hingga malam, membahas kronologi kejadian serta masalah hukum akibat perusakan situs Kaimeya serta Pinawelaan, serta dengan koordinasi antar para tonaas untuk melakukan gugatan sekaligus penggalangan persatuan di antara para tonaas.
Salah satu yang dibahas adalah sebuah ironi penegak hukum: sistem “Mapalus Kamtibmas” yang diselenggarakan aparat Kepolisian Sulut dan aparat pemerintah ternyata tidak lain untuk menghancurkan situs-situs budaya di Minahasa. Sebuah ironi, bahwa mereka menggali budaya Minahasa untuk menghancurkan budaya Minahasa itu sendiri.
Menurut budayawan Fredy S. Wowor, adanya perusakan situs Pinawelaan dan Kaimeya menyiratkan bahwa ada usaha sistematis untuk merusak ingatan masyarakat  Minahasa akan jati diri atau identitas hakikinya, untuk mendegenerasi eksistensi t masyarakat Minahasa. Degenerasi ini adalah strategi sistematis untuk melenyapkan keberadaan budaya Tou Minahasa. Strategi ini mengambil bentuk penghancuran hubungan persaudaraan dari tou Minahasa dan tanahnya. masyarakat  Minahasa akan kehilangan sumber daya hidupnya.
Selain itu, para tua-tua tanah minahasa pun geram dengan pembongkaran tersebut. Saat melakukan ritual, dotu Pinontoan (penguasa Gunung Lokon) berjanji akan terjadi letusan gunung lokon.
Aneh tapi nyata, namun  Itulah yang terjadi. Tepat 3 hari usai pembongkaran, terjadi letusan dasyat gunung Lokon pada pukul 18.53, berupa letusan bom vulkanik dengan tipe letusan strombolian, dengan lava pijar setinggi 600 meter dari bibir kawah. Letusan ini terdengar keras bahkan hingga di utara Manado, membuat warga Tomohon panik dan berhamburan keluar rumah, karena terdengar bunyi dentuman yang sangat keras dan getaran kuat hingga menggentarkan rumah. Selanjutnya ada dua letusan susulan berskala kecil. Tinggi abu yang dilontarkan sekitar 1.500 meter mengarah ke utara di Manado dan abu tersebut menimpa kelurahan Kinilow. Sebelum terjadi letusan sudah ada gempa-gempa sejak jam 8.30 pagi. Dan kejadian tersebut terjadi lagi setelah 6 hari dan 9 hari pasca pembongkaran lokasi adat.
Kejadian letusan ini dihubung-hubungkan dengan peristiwa perusakan situs di kaki Lokon yang baru lalu. Sejumlah warga menyebut bahwa “Opo Lokon marah karena lokasi sakralnya dirusakkan warga setempat”.
Keluhan masyarakat adat Minahasa terkait pembongkaran ‘situs’ budaya di mata air Kameya dan Pinawelaan, Kelurahan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara tak hanya diseriusi DPRD Kota Tomohon, yang akan memanggil oknum Lurah untuk mengklarifikasi persoalan tersebut, tapi juga oleh Pemerintah Kota Tomohon.
Pemanggilan terhadap Lurah Kakaskasen I, menurut Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli dilakukan untuk mengevaluasi dan mengklarifikasi secara jelas duduk persoalan yang terjadi pada Kamis (13/9) lalu, sehingga tidak berlarut-larut dan meresahkan warga. “Sebagai Ketua Baperjakat, saya akan memanggil dia (Lurah Kakaskasen I), untuk mengklarifikasi persoalan di mata air Kameya dan Pinawelaan,” katanya, Selasa (25/9/2012).
Poli mengatakan klarifikasi dan evaluasi olehnya akan dilakukan secara komprehensif, agar duduk persoalan di Kameya dan Pinawelaan menjadi jelas dan tuntas, sehingga tidak menimbulkan keresahan ditengah masyarakat. “Kinerjanya sebagai aparatur pemerintah di Kelurahan akan dievaluasi juga, baik terkait disiplin maupun loyalitasnya sebagai abdi masyarakat dan Negara. Jika, didapati tak sesuai dengan aturan, maka Pemerintah Kota tak segan-segan mengambil langkah tegas, termasuk kemungkinan mencopotnya dari jabatan sebagai Lurah,” tegasnya. Namun, lagi-lagi masalah tersebut belum mendapat titik terang, dan terkesan hanya sebatas janji-janji untuk menyelesaikan persoalan.
Senin, 24 September 2012, sekitar pukul 11.00 WITA ratusan massa yang mengatas-namakan Masyarakat Adat Tombulu melakukan aksi damai di DPRD Kota Tomohon.
Kedatangan rombongan masyarakat adat Tombulu tersebut ikut didampingi Penasehat Hukum (PH), Sofyan Jimmy Yosadi SH. Mereka diterima oleh Ketua Dewan Andy R Sengkey yang didampingi Honfny S Kalalo SH, Drs Paulus Sembel, Melkisedek Tangkawarouw SE, Jeffrie S Montolalu SE dan Drs Johanis Wilar.
Tuntutan dari para Masyarakat agar mengusut tuntas kejadian pembongkaran Situs Sejarah Watu Kameya dan Watu Pinawelaan yang berada di Bawah Kaki Gunung Lokon. Yang dipercaya sebagai tempat pertemuan para Dotu-dotu di masa lampau.
Masa juga, mendesak agar Lurah Kakasksen Satu yang memimpin pengrusakan dicopot. Kemudian, Kapolsek Tomohon Utara dan Da Ramil Tomohon, harus diminta keterangannya soal kehadiran mereka di lokasi saat kejadian Berlangsung. Namun, usaha dari masyarakat adat inipun menemui jalan buntu.
Yang menjadi pertanyaan kita saat ini, bagaimana pemerintah dalam menyikapi polemic yang terjadi sampai saat ini. Seharusnya dari pihak pemerintah melalui dinas terkait untuk “menjemput bola” dan membentuk sebuah tim yang mendata tempat-tempat yang menjadi lokasi budaya masyarakat sejak dahulu kala, karena masih banyak kekayaan adat budaya yang belum terjamah oleh pemerintah.
Masyararakat adat Kota Bunga sampai di penghujung tahun penuh berkat ini  masih menunggu tindakan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang dinilai sudah berlarut-larut. Semoga. (*/dari berbagai sumber)

Budaya “Baku Cungkel” Dibawah Pohon Natal


Catatan Akhir Tahun

Oleh : Steven Tombokan
Tanggal 12 Desember tahun 2012, adalah momentum terjadinya perubahan di tanah Toar Lumimu’ut yang selama ini menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, saling hormat-menghormati dan yang paling terkenal di daerah ini adalah kerukunan masyarakat yang sangat kental.
Tanggal yang disebut-sebut sebagai tanggal “Cantik”  untuk sekadar menjual kecap, umbar janji, dan dapat dikatakan sebagai “Hari Topeng”. Mengapa demikian? Sebenarnya, saat-saat tersebut adalah momentum untuk mendekatkan diri dengan Sang Juru Selamat umat manusia, karena saat-saat terdengarnya kidung pijian Natal dan juga Umat Kristiani tengah sibuk-sibuknya mengadakan ibadah Pra Natal. Namun, kondisi tersebut sungguh berbeda dan telah diubah menjadi momentum untuk saling menjatuhkan antar sesama, saling “injak” dan lebih ironi, saling berlomba untuk “meninggikan diri” dibawah penderitaan orang lain.
Ternyata ungkapan “SITOU TIMOU TUMOU TOU” (manusia hidup untuk menghidupkan orang lain) yang dipopulerkan oleh opa Sam Ratulangi, bak dibalik dan disulap menjadi “SITOU TIMOU TUMONGKO’ TOU” (manusia hidup untuk memakan orang lain). Ungkapan ini terbukti terjadi di tanah Minahasa sehubungan dengan pelaksanaan Pemilukada di Tahun 2012 ini.
Masing – masing calon “penguasa” berlomba-lomba menarik simpati masyarakat yang tega menghalalkan segala cara. Sadar atau tidak, dengan sendirinya mereka telah  mengajarkan Tou Minahasa untuk memperkenalkan budaya baru yaitu “saling baku cungkel”. Buktinya, bukan sedikit masyarakat minahasa semenjak digaungkannya pemilihan calon “penguasa” menjadi masyarakat yang arogan, yang sudah tidak lagi memandang saudara, teman, tetangga bahkan saudara seiman.
Di sebuah group jejaring sosial yang “berjudul” CALON BUPATI MINAHASA 2012, kita dapat melihat bagaimana dengan entengya sebagian anggota group mempublikasikan isu-isu yang bisa dikatakan “anarkis”. Bahkan ada beberapa anggota didalam group tersebut dengan entengnya menuduh  bahwa seorang Calon Bupati Minahasa rela “menjual” istrinya demi untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Apakah perlakuan Tou Minahasa sudah sekeji ini ? mencaci, menginjak, dan memfitnah dengan bangganya.
Selain dari jejaring sosial, malah ada yang memang terang-terangan untuk “Mensucikan” cara yang kotor sekalipun. “pokoknya, patah kalu patah” inilah secuil ungkapan dari salah seorang yang katanya menjadi panutan di tanah MINAESA didepan khalayak ramai pada detik-detik terakhir penentuan Sang “Penguasa”.
Sebenarnya momentum Pilkada Minahasa yang bertepatan dengan masa Adven bagi umat Kristiani, adalah waktu yang tepat untuk berbagi kedamaian, berbagi kasih dengan sesama dan lebih mempererat tali persaudaraan, bukannya saling menjatuhkan dan berlomba untuk menyatakan diri sebagai yang terbaik dan yang paling benar diantara yang lain.
 Mari sejenak kita sebagai umat Kristiani untuk mencermati dan merenungkan apa yang tertulis di Alkitab pada Roma 12 : 16 “”Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”   
Akhirnya, hendaklah pemimpin yang sudah terpilih dari sekian banyaknya putra terbaik yang ada di Minahasa akan membawa “Perubahan” dan bisa mengembalikan citra tanah Adat Minahasa dengan menghapus segala perbedaan yang ada, menyatukan lagi yang telah tercerai-berai dan mempererat tali kekerabatan yang belum lama ini telah dolonggarkan oleh hawa “politik” yang selama ini telah menghilangkan “sementara” kasih dan sukacita.
Selamat berjuang bagi sang “penguasa” … Selamat Natal Saudaraku…. Berubalah oleh Pembaharuan Budimu.(*)

Jumat, 14 Desember 2012

Momentum Emas Edo & Vicky

ADVERTORIAL
Pernikahan Spektakuler Bak Selebritis, Banjir Pejabat
Bupati beserta Isteri memberikan dukungan
Bersama Yasti Soepredjo, Tatong Bara, Jimmy Eman, Vicky Lumentut, Tetty Paruntu, Sompie Singal
Pdt Piet Tampi memimpin pemberkatan nikah kudus
Momentum emas pernikahan Putra Sulung Fransisca M Tuwaidan (FMT) Fredo DL Tumatar (Edo) dan Elisabeth Victoria Sajangbati (Vicky), Rabu (12/12), menjadi lembaran baru dari keluarga Tumatar-Tuwaidan dan keluarga Sajangbati.
Iven pelaksanaan pernikahan yang diadakan di Grand Kawanua International City (GKIC) Manado, mengundang decak kagum dari mereka yang turut hadir menyaksikan bersatunya dua anak manusia.
Dimana hampir sejumlah pejabat pemimpin kabupaten/kota di Sulut turut menghadiri prosesi pernikahan yang sakral sekaligus megah tersebut. Bahkan untuk lebih menambah suasana lebih meriah dan menghibur, sejumlah artis turut dihadirkan bersama dengan sejumlah pengacara kondang dan petinggi TNI.
Sebelum prosesi, berlangsung kedua mempelai dipertemukan di Gereja GMIM Eben Haezer Treman, untuk mengucapkan janji hidup seia sekata didalam kasih Tuhan. Dan Bupati Minut Drs Sompie Singal MBA menjadi saksi dari pernikahan keduanya serta mengeluarkan akta nikah dari catatan sipil.
Tentu semua berharap, Edo dan Vicky dapat saling mengisi mengarungi kehidupan rumah tangga, dan tetap saling mencintai sampai ajal menjemput seperti yang menjadi harapan kedua orang tua. “Selamat Berbahagia Anakku Tersayang,” sepenggal kata yang tertuang dalam status pada BBM FMT ibunda terkasih Edo.(hendra)

Aparat Desa Wasian Keluhkan Tunjangan

Minut, KM
Sejumlah oknum tak bertanggung jawab sepertinya mulai memanfaatkan pembayaran tunjangan aparat desa, seperti yang terjadi di Desa Wasian kecamatan Dimembe. Tak tanggung-tanggung dana 3 bulan tersebut sudah diambil tapi tak dibayarkan kepada sejumlah aparat desa, yang seharusnya sudah diberikan sejak beberapa bulan lalu.
“Kami mendengar informasi dana tunjangan aparat desa Juni-September yang merupakan gaji sudah diambil Hukum Tua Marcelius Tangka, tapi sampai sekarang belum diterima. Inikan aneh namanya, kalau sudah diterima tapi kenapa belum dibayarkan kepada kami,” keluh salah satu aparat desa Wasian kepada harian ini. Lebih dikesalkannya, sudah ada aparat lain yang menerima, tapi kenapa ada juga yang belum, padahal sama-sama sudah menjalankan tugas dan daftar peneriman tunjangan itu sudah ditandatangani.
“Kami mendengar kabar uang tersebut sudah diberikan kepada yang lain, dan sebagiannya lagi diambil Kumtua, untuk itu kiranya masalah ini dapat ditangani serius Pemerintah Minut sehingga masalah ini bisa selesai,” tambahnya sembari menegaskan aparat Desa Wasian yang belum menerima tunjangan sejak Juni-September akan menghadap bupati langsung kalau tidak ada kejelasan.
Di satu sisi, ketika dikonfirmasikan kepada Kepala Badan Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (BPMPD) Yeanete Posumah mengatakan, informasi belum didengar tapi kalau sudah ada keluhan aparat desa akan langsung ditindaklanjuti. “Ini merupakan hak yang seharusnya diterima aparat desa, tapi kalau ada yang menyelewengkan akan dicari tahu,” jelasnya. (hendrasamuel)

Festival Kolintang Nasional Dimatangkan

Ir Margaritha Rumokoi
Minut, KM
Pemerintah Minahasa Utara (Minut) melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) bersama Persatuan Insan Kolintang Indonesia (PINKAN), matangkan pelaksanaan Festival Kolintang yang rencananya digelar pada Januari 2013 mendatang.
Dikatakan Kepala Disparbud Minut, Ir Margaritha Rumokoi, meski waktu pelaksanaannya masih lama namun, Festival Kolintang merupakan iven nasional, sehingga perlu dimatangkan bersama semua pihak. “Pekan ini (Sabtu,red) akan dilakukan technical meeting bersama semua pihak terkait. Dengan begitu, bisa diketahui secara jelas apa-apa saja yang dibutuhkan dalam iven ini,” urainya.
Dia berharap, nantinya semua pihak termaksud stakeholder bisa bekerjasama menyukseskan kegiatan yang bertujuan mengangkat budaya asli Minahasa. Dengan begitu, keberadaan Kolintang sebagai musik tradisional lebih terkenal dan dicintai masyarakat luas. “Kegiatan ini juga bagian dari promosi pariwisata daerah yang menjadi program andalan pemerintah,” jelas Rumokoi. (hendrasamuel)

Pemprov Diamkan Dokumen RTRW Minut ?.

Diajukan Sejak Januari 2012
Minut, KM
Persoalan tata ruang kembali mencuat di Minahasa Utara (Minut). Betapa tidak, hasil evaluasi Pemprov Sulut atas dokumen ranperda RTRW Minut, hingga kini belum ada. Padahal, dokumen tersebut sudah diajukan Pemkab Minut sejak 5 Januari 2012 lalu. Demikian dikatakan Kepala Bapelitbang Minut, Ir Hanny Tambani.
“Tanggal 30 Desember 2011 lalu, DPRD Minut telah menggelar paripurna penetapan ranperda RTRW menjadi perda. Usai itu yakni pada tanggal 5 Januari 2012, kami membawa dokumen RTRW Minut ke Pemprov Sulut untuk selanjutnya dievaluasi sesuai mekanisme dan undang-undang yang berlaku. Hanya saja, hingga kini hasil evaluasi belum ada,” tukasnya.
Dituturkan Tambani, memang ada kekurangan dalam dokumen RTRW saat pra evaluasi. Namun kekurangan tersebut langsung dilengkapi. Apalagi, sudah ada surat dari Kementerian PU untuk percepatan penetapan RTRW, termasuk Minut, paling lambat 2012.
“Memang di dalam rencana tata ruang itu, Minut dalam kenyataannya mengusulkan alih fungsi lahan dari kawasan hutan lindung ke pemukiman. Tapi dalam klausul ranperda hasil pra evaluasi yang dilakukan waktu lalu, sudah dilakukan klarifikasi. Dimana, sudah disebutkan dalam salah satu pasal bahwa setelah dikeluarkannya alih fungsi lahan, otomatis peta untuk RTRW itu dirobah karena ada surat dari Menteri PU,” paparnya.(hendrasamuel)

Ketua BK DPRD Minahasa Dipolisikan

Tondano,KM –
Ketua Badan Kehormatan (BK) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa, Handry Inyo Kindangen, Jumat (14/12)kemarin, sekitar pukul 15.30 Wita dipolisikan oleh sejumlah wartawan Minahasa. Anggota DPRD Minahasa dari Partai Golkar itu dilaporkan dengan tuduhan pengancaman yang terjadi, Kamis (13/12)malam, sekitar pukul 18.30 Wita. Dalam laporan Carren Pandeirot waratwan Posko di Mapolres Minahasa,mengatakan Kindangen  telah lakukan pengancaman terhadap sejumlah wartawan di dalam gendung KPU Minahasa.
Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dirangkum harian ini, Kindangen lakukan tindakan tidak terpuji dengan cara membuat keributan di kantor KPU Minahasa dan mengancam sejumlah wartawan. Peristiwa ini sendiri berawal ketika salah satu Media memberitakan hasil perhitungan cepat Pilkada Minahasa. Tepat di dalam kantor KPU Minahasa, Kindangen bersama dua warga Minahasa langsung meminta data hasil Pilkada
Minahasa. Dikarenakan belum ada hasil di KPU Minahasa, salah satu anggota pengamanan mengarahkan Kindangen bersama puluhan massa ke tiap PPK.
“Kalau di PPK pasti sudah ada hasil, kalau di sini belum ada dan harus menunggu hasil rapat pleno pada tanggal 18 Desember,” tuturnya.
Merasa tidak puas, Kindangen kemudian ‘menyerang’ sejumlah wartawan yang berada di dalam Kantor KPU Minahasa. “ Dia bilang dengan nada mengancam dan marah, ‘jangan ngoni wartawan beking berita yang meresahkan, sampe ada 1 saja yang hilang kalian akan berhadapan dengankita. Hafal kita pe nama Inyo Kindangen’,” tutur Carren Pandeirot.
Pantauan harian ini, setelah membuat keributan di Kantor KPU Minahasa dan habis memarahi wartawan, Kindangen langsung diamankan oleh Ketua KPU Minahasa, Meidy Tinangon dalam ruangan. Tidak berselang lama.
Kindangen keluar dan mengajak pendukungnya pulang. Ketua Aji Sulut,Yoseph Ikanubun menyesalkan sikap wakil rakyat yang sampai membuat keributan di kantor KPU Minahasa dan mengancam wartawan.
" Kami tentunya mengecam keras tindakan yang memarahi wartawan, karena itu merupakan upaya mengintimidasi kerja-kerja wartawan. Seharusnya jika yang bersangkutan merasa kesal dengan pemberitaan media, bisa menempuh cara-cara sebagaimana yang diatur dalam UU Pers, seperti meminta hak jawab atau hak koreksi kepada media yang bersangkutan. Bukan dengan memarahi atau mengintimidasi,” tutur Ikanubun. (fernando kembuan)

Bawa Pistol Revolver, Warga Paslaten Diamankan Polisi


Tondano,KM  –
Polsek Langowan Timur, Jumat (14/12) kemarin, sekitar pukul 05.00 Wita menangkap seorang lelaki bernama, DM alias Maikel(30-an) warga Desa Paslaten, Kecamatan Langowan Barat di dalamrumahnya. Kala itu Maikel sendiri berada dibawa kasur tempat tidur.
Lelaki ini diamankan Polisi, diduga membawa senjata api illegal revolver beserta 12 amunisinya di wilayah Walewangko.
Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dirangkum harian ini,peristiwa berawal, Kamis (13/12) kemarin, sekitar pukul 23.00 Wita,saat pelaku bertamu di rumah, Tommy Tiwa di desa Walewangko. Tommy sendiri kala itu sedang tidur. Mendengar banyak tamu Tommy kemudian keluar dan melayani mereka.
” Kita dengar dia mengaku anggota Polisi dan mengaku kita pe teman, jadi kita keluar rumah” tutur Tommy.
Asik berbincang dan meneguk Minuman Keras (Miras), pelaku kemudian buat keributan dan mengaku anggota polisi. Tommy yang kala itu ingin meminjam korek api kepada pelaku, malah ditodong dengan sebuah pistol revolver dibagian leher.
Melihat suaminya ditodong dengan pistol,Istri Tommy langsung melerai. Sejumlah warga yang berada di lokasi, kala itu langsung saja mengeroyok pelaku. Pelaku sendiri langsungmelarikan diri. Tepat di depan rumah keluarga Vecky Walentukan, pelaku lepas satu kali tembakan. Untuknya tidak ada yang menjadi korban.
Polsek Langowan Timur ketika mendapatkan laporan adanya warga membawa sejata revolver, langsung saja bergerak lakukan penangkapan. Kapolsek Langowan Timur, AKP Dermanto Nasirun sendiri ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, saat ini pelaku sudah diamankan di Polsek Langowan Timur. “ Pelaku saat ini sudah kami amankan. Namun dari hasil pemeriksaan saksi tidak ada bukti yang mengarah senjata itu milik pelaku,” tutur Dermanto. (fernando kembuan)

TePI: Hindari saling Klaim,Tetap jaga kondusifitas, hasil final tunggu pleno KPUD minahasa

Tondano,KM -
Komite Pemilih Indonesia (TePi) menghimbau kepada masyarakat agar supaya tidak tepancing dengan informasi dari berbagai versi hasil hitung cepat,yang bisa saja bisa membuat keaadaan ditengah masyarakat tidak kondusif.Berbagai upaya hitung menghitung tersebut bukanlah ukuran yang sebenarnya dari hasil perhitungan Pemilukada Minahasa.
"Yang harus disampaikan kepada masyarakat bahwa hasil akhir dari proses penghitungan suara itu adalah pleno KPUD Minahasa yang direncanakan tanggal 18 Desember nanti. Itu yang harus disampaikan dalam rangka pendidikan politik yang benar kepada masyarakat,"ujar Rendy NS Umboh koordinantor TePi Sulut.
Lanjut,Umboh menjelaskan,kondisi saling klaim memenangkan pertarungan pemilukada ini bisa berdampak pada pertikaian dan perselisihan antar warga pendukung (grass root) yang ada diberbagai lapisan masyarakat karena terbawa euforia prematur akibat informasi-informasi yang terlalu dini tersebut.Menurutnya,Para pasangan calon dan tim sukses hendaknya menjaga para pendukungnya agar tidak terjadi Bentrok antar sesama warga masyarakat dan meminta untuk bersabar menunggu hasil penghitungan resmi dari KPU.
"Para pendukung dari semua calon kiranya tidak terpancing dengan suasana/ euforia kemengan akibat saling klaim, mari kita tetap jaga kondusifitas, keamanan dan kenyamanan bersama dalam semangat filosofis torang samu basudara, baku-baku sayang deng baku-baku bae,"ujar Umboh semebari menambahkan,agar pihak KPUD bersama aparat kepolisian dapat menjaga kotak suara dan hasil yang ada sehingga dugaan-dugaan kecurangan itu tidak terjadi.Menurutnya,saksi-saksi para pasangan pun kami minta untuk tetap mengawasi kotak suara yang ada dengan seksama sampai proses penghitungan selesai.(fernando kembuan)

Tinangon: 18 Desember Pleno Pilkada

Tondano,KM –
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minahasa akan mengumumkan hasil pleno resmi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Minahasa pada tanggal 18 Desember 2012 nanti .
Hal ini diungkapkan, Ketua KPU Minahasa, Meidy
Tinangon kepada sejumlah wartwan, Jumat (14/12) kemarin.Menurut Tinangon, pasangan yang akan menjadi Bupati dan Wakil Bupati Minahasa akan diketahui 18 Desember pekan depan.
“ Hari ini (kemarin,red) rekapitulasi suara sementara diplenokan di tingkat Pelaksana Pemungutan Suara (PPS). Hasil rekapitulasi suara ini akan berpindah ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) 15 - 16 Desember,”
tutur Tinangon. Rekapitulasi terakhir perhitungan suara  akan berada di KPU Minahasa, 17-18 Desember. "KPU  sendiri akan memplenokan hasil ini pada 18 Desember 2012,”ujar Tinangon. Akan hal ini, Tinangon berharap kepada masyarakat Kabupaten Minahasa  harus saling menopang agar tercipta keadaan yang betul-betul diharapkan seluruh penghuni Tanah Toat Lumimuut,” tutur Tinangon sembari menambahkan, hasil Plenolah yang menentukan pemenang dalam perebutan kursi No.1 di
Minahasa, himbauan tersebut  ditujukan kepada semua pihak, baik para kandidat dan warga masyarakat di Kabupaten Minahasa untuk bersatu mendukung hasil pleno KPU Minahasa nanti. (fernando kembuan)

BRANI: Hasil Pilkada Bukti Masyarakat Ingin Perubahan

Benny Rhamdani
Manado, KM –
Kemenangan JWS-IVANSA di Pilkada Minahasa, adalah bukti jika Masyarakat Minahasa benar-benar menginginkan perubahan. Demikian disebutkan anggota DPRD Sulut, Benny Rhamdani  (Brani).
Menurutnya, kemenangan itu tidak diperoleh dari sekedar pesta demokrasi, tapi kemenangan yang lahir dari proses 'perlawanan' Rakyat terhadap masih kuatnya praktek politik tidak senonoh yang mencoba merusak demokrasi itu sendiri. “Praktek Politisasi PNS dan Politik Intimidatif, mampu dilawan oleh kekuatan Rakyat dengan semangat Perubahan itu sendiri,” sebutnya.
Dikatakan, kondisi Minahasa 10 Tahun yangg dinilai oleh masyarakat Minahasa tidak mengalami perubahan signifikan diberbagai sektor, menjadi isu strategis rakyat Minahasa dalam membangun sentimen kolektif publik untuk menjadikan siapapun calon yang diusung Penguasa sebelumnya, menjadi common enemy kelompok pro perubahan.
Kemenangan kelompok perubahan dalam memenangkan Pilkada Minahasa, adalah kemenangan demokrasi. Maka siapapun masyarakat dituntut untuk menghormatinya. Dan siapapun kelompok masyarakat-politik yang berpikir dan bertindak untuk melakukan kecurangan atas kemenangan JWS-IVANSA di Pilkada Minahasa, maka mereka adalah orang/kelompok yang anti Demokrasi,” tuturnya
Kecurangan terhadap demokrasi lanjut Brani adalah sebuah tindakan kejahatan. Dan kejahatan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang disebut Penjahat. Kejahatan terhadap Demokrasi hanya akan manghasilkan orang-orang/Para Pemimpin yang bermental penjahat. “Apapun, Rakyat Minahasa sudah menentukan sikap politik. Mereka memilih JWS-IVANSA untuk menjadi Pemimpin Minahasa 2013-2015. Mari hormati keputusan politik Rakyat Minahasa, agar kita tidak menjadi orang terkutuk dihadapan Rakyat Minahasa dan dihadapan Tuhan yg akan menjaga Rakyat dan Tanah Minahasa.,” tuturnya.(JeffrieRM)

BPK RI Ingatkan Gubernur Soal Pentingnya Lingkungan


Gubernur Sulut Dr SH Sarundajang, bersama 
anggota BPK RI Dr Ali M Musa, saat sosialisasi 
audit berprespektif lingkungan di Kantor Gubernur Sulut, 
Kamis (13/12) kemarin.(foto ist)

Manado, KM-
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menggelar sosialisasi tentang audit yang berprespektif lingkungan di Ruang Mapaluse Kantorg Gubernur Sulut, Kamis (13/12) kemarin . Tampil sebagai pembicara anggota BPK RI Dr. Ali Masykur Musa. Hadir dalam kegiatan itu, Gubernur Sulut Dr. Sinyo Harry Sarundajang, Wakil Gubernur Dr. Djouhari Kansil, M.Pd dan sejumlah Pejabat Eselon II, III dan IV Lingkup Pemprov Sulut. Selain pemeriksaan keuangan, BPK RI saat ini juga mengembangkan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang Berperspektif Lingkungan.
Pemeriksaan berperspektif lingkungan meliputi pemeriksaan atas manajemen kehutanan, pemberian izin penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan non-kehutanan misalnya lahan kelapa sawit dan pertambangan serta pemeriksaan lahan yang berakibat tumpang tindih peruntukannya.
Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk semakin meningkatkan upaya penyelamatan lingkungan bukan saja di Indonesia tetapi secara Global. Selain itu BPK RI pada tahun 2013 – 2016 akan menjadi Ketua Working Group On Environment Audit (WGEA), yaitu kelompok kerja yang beranggotakan BPK sedunia untuk meningkatkan pemeriksaan berperspektif lingkungan,” jelas Musa.
Sementara itu, Sarundajang mengatakan, dalam dinamika pertumbuhan kawasan termasuk di Sulut yang sangat pesat, sangat penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap aspek pembangunan berbasis lingkungan yang sifatnya berkelanjutan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sangat concern terhadap hal pelestarian lingkungan ini,” ujarnya.
Hal tersebut antara lain kata Gubernur, dibuktikan dengan diterimanya penghargaan dari Menteri Kehutanan RI atas keberhasilan melaksanakan Program Gerakan Menanam 1 milyar pohon tahu n 2012 ini. Pelaksanaan Pembangunan di Sulut tidak saja berorientasi pada pro growth (pertumbuhan), pro poor (mengatasi kemiskinan) dan pro job (mengatasi pengangguran) tetapi juga pada pro environment (menjaga kelestarian lingkungan hidup).
Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sangat mendukung program BPK ini dan akan bersama dengan BPK mengimplementasikan program ini,”tandasnya.(onal)

BPK RI Minta Sulut Perketat Illegal Fishing

KURANGNYA pengawasan di laut sehingga peluang kerugian negara terjadi cukup besar melalui illegal fishing.(foto ist)
Manado, KM-
Anggota IV Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Dr Ali Masykur Musa mengatakan, potensi penerimaan negara dari aspek ekonomi laut di Indonesia masih sangat rendah. Sulawesi Utara (Sulut) sediri, diminta agar memperketat pengawasan terkait Illegal fishing agar penerimaan negara bisa tinggi. Hal itu disampaikannya saat jumpa pers di kantor BPK RI Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut), Kamis (13/12).
Penerimaan negara hanya 3,5 milliyar US Dolar. Padahal Vitnam yang jumlah daratan dan lautannya sangat kecil seperlima dari luas Indonesia, dia bisa memberikan masukan itu sekitar 25 ribu US Dolar penerimaan negara,” kata Ali.
Dikatakannya, hal ini terjadi karena tiga hal, pertama illegal fishing yang sangat masif dilakukan di Indonesia khususnya Indonesia Timur. Daerah Sulawesi Utara sampai pulau Ambon sebagai pusat dari penerimaan negara dari sektor perikanan, ini tidak dikolek secara bagus sehingga yang terjadi adalah illegal fishing unreported and unregulated (IUU Fishing).
Artinya, banyaknya ekspor melalui transitmen ditengah laut itu, yang dikapal-kapal asing kemudian tidak dilaporkan dan itu penerimaan negaranya tidak untuk kepentingan negara,”kata Ali.
Dia juga mengatakan, penegakan hukum yang dilakukan atas mereka yang melakukan illegal fishing itu belum dilakukan secara keras, sehingga proses hukum yang lemah menyebabkan daya deterrent atau deterrent effect baik oleh orang dalam negeri maupun kerjasama dengan bendera asing itu masih akan terus berjalan karena tidak ada daya tangkal. Untuk itu dia berharap, fasilitas bagi para penjaga kelautan apakah itu beacukai maupun Lantamal (AL) yang sangat minim agar dapat diperhatikan pemerintah.
Makanya tadi saya mendesak kepada pemerintah agar peningkatan anggaran dan pengadaan infrastruktur yang menyangkut pengamanan ekonomi kelautan itu dicukupi,”tandasnya.(onal)

Panwaslu Bolmut Gelar Vertual Parpol

Panwaslu Bolmut saat melaksanakan vertual bersama Parpol peserta Pemilu 2014
Boroko KM-
Adanya Verifikasi Faktual (Vertual) yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) jumat 14/12 kemarin, kembali digelar oleh Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Bolmut. Vertual yang dilaksankan Panwaslu Bolmut kali ini yaituh menindak lanjuti hasil Vertual yang dilaksanakan oleh KPUD Bolmut kepada beberapa Parpol yang nantinya akan masuk pada peserta Pemilu 2014 mendatang, hal ini disampaikan Ketua Panwaslu Bolmut Tahar Lathif SAg, kepada harian ini.menurutnya Panwaslu sebagai lembaga yang mengawasi jalannya pelaksanaan Pemilu wajib untuk melaksanakan Vertual untuk mengkroscek data serta administrasi kelengkapan di setiap Parpol yang nantinya akan masuk pada peserta Pemilu nanti.”vertual yang digelar Panwaslu adalah bagian dari kewajiban kami untuk mengkroscek kembali Parpol peserta Pemilu, termasuk data serta kelengkapan administrasi Parpol itu sendiri,”tutur Lathif.
Dirinyapun menambahkan, apabila ada beberapa Parpol yang nanti ditemukan tidak memenuhi syarat seperti struktur pengurus Partai, identitas keanggotaan Partai, keterwakilan perempuan dalam kepengurusan atau keanggotaan kurang llebih 30%, serta kesekretariatan maka Parpol tersebut dinyatakan didikutsertakan dalam Pemilu mendatang."Ada beberapa syarat yang diprioritas dalam vertual ini, sehingga itu Parpol wajiba memenuhinya. Dan apabila ditemuka tidak memenuhi ketentuan sesuai UUD pemilu maka sangat disayangkan Parpol tersebut tidak akan diikutsertakan pada Pemilu mendatang,"jelas Lathif.
Sementara itu, anggota Panwaslu yang membidangi Penindakan dan Pengawasan Mustarin Humagi SHi, menambahkan diharapkan bagi Parpol dapat sesegera mungkin untuk melengkapi data serta beberapa persyaratan lain itu demi kepentingan Parpol itu sendiri."Saya harap bagi parpol yang nantinya siap untuk berpartisipasi dalam pemilu nanti, harus dapat melengkapi data dan syarat sesuai ketentua UUD pemilu yang berlaku,"ujar Humagi.
Dan apabila ada Parpol yang nantinya ditemukan tidak lengkap sesuai ketentuan lanjut Humagi, maka Panwaslu Bolmut tidak segan-segan akan memberika sangsi berupa tidak diikutsertakan diperhelatan Pemilihan umum mendatang."Parpol yang tidak lengkap sesuai apa yang atur UUD pemilu, maka kami sebagai Panitia pengawas akan memberika sangsi kepada Parpol tersebut yaituh tidak diikutsertakan dalam Pemilu nanti,"tegas Humagi.
Sekretaris Partai Amanat Nasional (PAN) Bolmut Arman Lumoto SPdi, salah satu Parpol Vertual Panwaslu mengatakan sangat mendukung apa yang diterapkan Panwaslu termasuk syarat-syarat untuk dapat menjadikan Parpol peserta Pemilu mendatang."Pada prinsipnya kami sangat walcome terhadap kinerja Panwaslu terbut, ini membuktikan apabila Parpol yang sudah di vertual lewat KPUD dan Panwaslu itu adalah Partai yang siap untuk menghadapi pemilu 2014 mendatang,"tutup Lumuto.(Santo Mamonto)

DekabKaro Sumbar Belajar Di Tomohon

Tomohon,KM--
Kunjungan kerja DPRD Kabupaten Karo Sumatera Utara di Kota Tomohon secara langsung di terima oleh assisten Administrasi Umum Setda Kota Tomohon Ir.Ervinz D. Liuw, M.Si mewakil walikota Tomohon dan didampingi oleh Kaban BKD Masna J. Pioh, S.Sos, Kabag administrasi organisasi Drs. Daniel E. Pontonuwu bersama Kabag administrasi Data Elektronik Jeef Anes, SP.
Ketua Tim sekaligus Ketua DPRD Kabupaten Karo Efendy Sinukaban, SE pada kesempatan kunjungan kerja tersebut mengatakan “dimana tujuan kunjungan ini sebagai studi banding tentang peraturan kepegawaian yang ada di kota Tomohon serta untuk mengetahui tentang aspek produk pertanian/perkebunan serta ingin mengetahui lebih dekat serta belajar tentang penggunaan data yang berhubungan dengan data elektronik” ujar Sinukaban itu.
Sementara itu Assisten Administrasi umum memaparkan tentang profil dari Kota Tomohon termasuk juga keberadaan Pemerintahan Kota Tomohon yang didalamnya termasuk keunggulan di bidang pariwisata, industry rumah panggung, hasil holtikultura dan hasi-hasil Florikultura” urai Liuw.
Dijelaskannya pula tentang pelaksanaan Iven Internasional seperti Tomohon Internasional Flower Festifal yang telah mengharumkan Kota Tomohon dikanca Internasional.
Sementara itu silih berganti para pejabat teras ikut memberikan pejelasan  tentang peraturan Kepegawaian juga sistem data elektronik yang digunakan oleh Pemerintah Kota Tomohon.(yongkie sumual)

PGRI Minta Diperhatikan

Kotamobagu,KM - 
Walikota Kotamobagu, Djelantik Mokodompit saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan pengurus cabang dan ranting Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)  Kota Kotamobagu (KK), menyatakan akan memprioritaskan infrastruktur pendidikan di Kota Kotamobagu (KK).
“Infrastruktur pendidikan menjadi prioritas utama ketika saya memimpin daerah ini. Mulai dari satuan pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK, terus dilakukan perbaikan fisik untuk menunjang proses belajar mengajar, dan seluruh masyarakat tentu bisa melihat secara langsung pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah saat ini,” kata walikota, Kamis (13/12), di Gedung Siti Barokah, Kelurahan Mogolaing, Kecamatan Kotamobagu Barat.
Dalam acara pelantikan yang dirangkaikan dengan pisah sambut Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga (Kadispora) dari pejabat lama, Drs Deevy Rumondor, ke pejabat baru Drs Sa’ir Lentang, MAP ini, Walikota kembali mengingatkan profesionalisme serta tanggung jawab yang teramat besar yang diemban oleh para guru.
“Tanggung jawab guru sebagai agen pembelajaran dan perubahan diharapkan dapat memaksimalkan perannya dalam membelajarkan peserta didik, terutama untuk mengoptimalkan segala potensi guna melahirkan generasi yang cerdas dan siap berkompetisi, baik secara nasional maupun internasional”, ujar walikota.
Lebih lanjut, walikota menambahkan bahwa saat ini perhatian pemerintah daerah terhadap sektor pendidikan sangat sinergi dengan tuntutan masyarakat, dengan memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur pendidikan.
Sementara Ketua PGRI Kota Kotamobagu, Sande Makalalag, SPd, MPD mengharapkan pemerintah daerah untuk dapat memperhatikan kualitas sumber daya manusia para guru di Kota Kotamobagu, dengan memberikan bantuan beasiswa bagi para guru berprestasi untuk melanjutkan program pendidikan dari jenjang S1, S2, hingga program doktoral. (Sandy/Erwin)

Senin, 12 November 2012

Ribuan Anggota PDI Perjuangan Putar Haluan

FREDDY Sualang disetiap kesempatan selalu mendamping calon Bupati dan Wakil Bupati Minahasa,
Hangky Arther Gerungan dan Recky Jeneman Montong (HAG-RJM).(foto dok)
 Bersatu Dukung HAG-RJM
Sualang: Pendukung Saya Masih Sangat Banyak
Manado, KM-
Ribuan anggota dan kader serta simpasitas PDI Perjuangan di Sulawesi Utara ternyata masih sangat loyal dan kagum dengan sosok pejuang partai Freddy Harry Sualang (FHS). Buktinya, semenjak menyatakan sikap mendukung calon Bupati dan Wakil Bupati Minahasa, Hangky Arther Gerungan dan Recky Jeneman Montong (HAG-RJM), ribuan anggota kader dan simpatisan PDI Perjuangan di Minahasa langsung putar haluan.
Sualang dinilai banyak anggota partai berlambang banteng gemuk dalam lingkaran ini, memiliki semangat juang sama seperti Soekarno, ayah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kegigihannya mempertahankan kebenaran sudah teruji disaat dirinya membawa panji PDI di masa orde baru. Kini PDI yang berevolusi menjadi PDI Perjuangan, makin berkibar di tanah Minahasa berkat tangan dingin Sualang.
Kini sikap Sualang mendukung HAG-RJM membuktikan dirinya masih mencintai kebenaran untuk pembangunan. Baginya, perubahan di Minahasa harus dimulai dari sekarang bersama pilihannya.  Sualang ternyata tidak sendiri, ribuan anggota, kader dan simpatisan PDI Perjuangan ternyata ikut membela panji HAG-RJM. Hal ini terlihat disaat Sualang turun lapangan melakukan sosialisasi ke masyarakat bersama HAG-RJM.
Wakil Gubernur dua periode ini pun mengakui hal itu. Keikutsertaan ribuan anggota dan kader PDI Perjuangan menunjukkan kalau partai yang dia besarkan itu masih memiliki etika dan moral berjuang mempertahankan kebenaran.
“Saya sudah turun di beberapa tempat di Minahasa bersama HAG-RJM, dan ternyata masih banyak ada ribuan anggita, kader dan simpatisan PDI Perjuangan memiliki pandangan yang sama dengan saya, yakni mendukung HAG-RJM,”ujarnya, Senin (12/11) kemarin.
Loyalitas pendukung setianya itu, mendapat apreseasi paling tinggi dari Sualang. Dia menilai, kerinduan ribuan mengikutnya untuk terus bersama-sama dengannya harus tetap dibina dan dijaga.
“Saya akan terus bersama-sama dengan mereka. Kebersamaan ini akan terus dipupuk dan dipelihara,”kata Sualang.  
Dia juga mengatakan, melihat kondisi dan dukungan yang begitu besar kepada dirinya, membuat Ketua non aktif DPD PDI Perjuangan Sulut ini, sedikit mengurungkan niat untuk mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya.
“Ini demi menjada solidalitas saya dengan ribuan pendukung saya. Demi menjaga soliditas saya dalam mendukung HAG-RJM. Sekaligus untuk memberikan perubahan yang sesungguhnya di Minahasa bersama dengan pilihan saya,”ucapnya.
Sebelumnya juga, dukungan dan loyalitas terhadap Sualang sudah terlihat jauh-jauh hari, dimana sejumlah anggota, kader dan pengurus partai terus memberikan dukungan kepada Sualang karena mendukung HA-RJM. Salah satunya, Ketua PAC Kakas Induk, Stevie Maindoka.
“Kami tetap setia dengan Sualang. Sebab ketokohannya menjadi panutan bagi kami untuk mengabdi kepada partai,”ujar Maindoka.
Menurut Maindoka, apa yang sering dilakukan oleh Sualang dalam membesarkan partai, selalu berpegang pada ajaran Soekarno.
“Hal itu kami sangat mengetahuinya,”tandasnya belum lama ini.(onal/timkm)

Damongilala Ngotot Pakai PDIP

Jeremia Damongilala
Ratahan, KM -
Demi mendapatkan legitimasi kendaraan politik untuk maju bertarung dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) 2013 mendatang, Wakil Bupati Mitra, Jeremia Damongilala dikabarkan mulai melakukan pendekatan dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
Informasi terkait pendekatan Damongilala ke PDI Perjuangan itu, diungkapkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Mitra, James Sumendap, ketika diwawancarai sejumlah wartawan di Kantor Sekretariat DPC PDI Perjuangan Mintra, Senin (12/11).
“Pak Jeremia Damongilala, secara langsung sudah menyampaikan niatannya untuk maju lewat PDI Perjuangan,” ungkap Sumendap.
 Menurut Sumendap pada prinsipnya PDI Perjuangan sudah memiliki mekanisme yang jelas terkait penentuan kandidat yang akan diusung bertarung dalam sebuah Pemilukada, sehingga setiap bakal calon yang berminat maju lewat PDI Perjuangan, akan diseleksi sesuai dengan mekanisme yang ada.
“Setiap bakal calon tentu harus mengikuti aturan main yang ada di partai,” tegasnya.(tim km)

Dana Pengamanan-Panwas Tak Kunjung Cair

Kas Pemkab Diduga Kosong
Tondano,KM -

Tak kunjung direalisasikannya dana pengamanan 1,5 Miliar kepada pihak Polres Minahasa dan Dana Panitia Pengawas (Panwas) Pemilukada oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa menimbulkan spekulasi dari berbagai kalangan.Diduga belum di salurkan dana tersebut karena kas Pemkab Minahasa kosong.
“Kami curiga kas Pemkab lagi kosong dan mungkin dana pengamanan dan dana panwas sudah dipakai untuk kepentingan salah satu calon Bupati. Masa sampai hari ini belum cair, apalagi hari pemungutan suara sudah tidak sampai sebulan lagi,”sindir Marcel Wolayan tokoh pemuda Minahasa.
Senada diungkapkan Personil DPRD Minahasa,Dharma Palar.kepada harian ini mengatakan dana Panwas dan dana Pengamanan seharusnya sudah cair karena tidak ada masalah lagi dengan APBD-P.
APBDP sudah di setujui Gubernur bulan lalu, kenapa belum cair. Ini patut dipertanyakan dan kami minta Pemkab harus secepatnya merealisasikan,” ujar personil DPRD dari PDIP tersebut.
Sementara Kepala Dinas PPKAD Minahasa Drs Ronny Manus juga belum berhasil dikonfirmasi.(fernando kembuan)

Jadwal Kampanye Hari Minggu Dikritik

Tondano, KM -
Penetapan jadwal kampanye pada hari Minggu mendapat kritik kalangan gereja. Pantas kalau Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Minahasa mendapat sorotan sejumlah kalangan.
KPUD Minahasa dinilai tidak menghargai umat Kristen, pasalnya sedikitnya telah diteapkan dua hari tahapan kampanye yang jatuh pada hari Minggu.
Salah satu personil DPRD Minahasa, Yanny Marentek Kepada wartawan, Senin (12/11) kemarin, mempertanyakan jadwal yang telah ditetapkan KPUD Minahasa.
Menurutnya, KPUD Minahasa sebenarnya harus memikirkan sebelumnya dalam menetapkan hari kampanye.
“Secara pribadi saya tidak terima jadwal kampanye pada hari Minggu. Itu karena kita tahu hari Minggu itu hari ibadah umat kristen, jadi sangat disayangkan hari Minggu ada jadwal kampanye,” tandasnya.
Hal serupa diutarakan Hendra Monangin STh salah satu tokoh pemuda Langowan. Kata dia, pihaknya menyayangkan penetapan jadwal kampanye KPUD Minahasa yang jatuh hari Minggu.
“KPUD harusnya menghormati hari Minggu untuk ibadah umat Kristen. Hari Minggu hari kita untuk Tuhan, jadi secara pribadi kami tidak menerima jadwal kampanye pada hari Minggu,” ujarnya.
Sementara Ketua KPUD Minahasa Meidy Tinangon MSi menuturkan, penetapan jadwal sudah menjadi kesepakatan bersama KPUD, Panwaslukada, dan Polres Minahasa, serta ditetapkan dalam SK penetapan tahapan jadwal kampanye.
“Memang sebelumnya telah kami pikirkan hal ini, namun setelah dihitung-hitung dari hari-H pemilihan, maka hari pertama kampanye tepatnya penyampaian visi-misi itu jatuh pada hari Minggu tanggal 25 Nopember. Tidak hanya itu, sesuai undang-undang ketentuan hari kerja KPU itu adalah hari kalender,” terang Tinangon sembari menambahkan, pihaknya mempertimbangkan jam ibadah gereja. Jadi tidak akan bertabrakan dengan jadwal jam ibadah, baik pagi siang maupun malam.
Sebelummnya, sesuai jadwal yang telah ditetapkan KPUD Minahasa, jadwal kampanye yang jatuh pada hari Minggu, diantaranya Minggu (25/11) yakni pemaparan visi dan misi para calon dan Minggu (2/12) yakni debat pasangan calon.(fernando kembuan)

Chandra Tewas Setelah Tombak Menembus Dada Kiri

Chandra Tewas Setelah Tombak Menembus Dada Kiri
Tarkam Pecah di Kotamobagu
1 Tewas, 3 Warga dan 2 Aparat ‘Tumbang’
Kotamobagu, KM-
Perkelahian antar kampung (Tarkam) pecah di wilayah Kota Kotamobagu tepatnya antara Desa Poyowa Kecil dan Kelurahan Mongondow, Kecamatan Kotamobagu Selatan, sekitar pukul 23.30 wita, Minggu (11/11) malam. Dalam bentrokan tersebut, tiga warga tumbang, terkena peluru karet dan batu, Et Gonibala (22), Handi Bono (20) Rio Mongilong (19), dan dua anggota Polres Bolmong, Brigadir Erik yang terkena batu di bagian mata kiri serta Brigadir Awaludin Paputungan, yang terkena lemparan batu di dada.
Parahnya lagi, satu warga Poyowa Kecil tewas, diduga kena tumbak di dada sebelah kiri, yang teridentifikasi bernama Chandra Suoth (17) warga Desa Poyowa Kecil yang juga siswa SMKN 1 Kotamobagu.
Informasi yang berhasil dirangkum wartawan koran ini menyebutkan, kejadian bermula saat sekelompok pemuda dengan menggunakan motor diduga dari Kelurahan Mengondow, berteriak di wilayah Desa Poyowa Kecil.  Aksi ini, langsung memicu kelompok pemuda Desa Poyowa Kecil keluar rumah dan berlari mengejar para pelaku.
Ternyata di wilayah perbatasan sejumlah pemuda Kelurahan Mengondow juga sudah siap menyambut kedatangan pemuda Poyowa Kecil. Hasilnya, aksi ‘baku lempar batu’ diantara kedua kelompok pemuda tak bisa terhindarkan.
Aparat Polres Bolmong yang mendengar kejadian tersebut, bergegas turun ke lokasi kejadian. Sayangnya, aksi baku lempar bukannya mereda justru semakin menjadi. Bahkan lemparan batu berbalik mengarah ke sejumlah aparat yang berupaya melakukan peleraian.
Brigadir Awaluddin Paputungan, jatuh terkapar setelah terkena lemparan batu di dada kiri, sedangkan Brigadir Erik yang berupaya menyelamatkan Brigadir Awaluddin ikut terkapar, setelah sebuah bongkahan batu mendarat tepat di mata kanannya. Aksi masa yang semakin anarkhis akhirnya membuat aparat mengambil tindakan represif dengan menembakan flash ball (gas airmata) untuk memukul mundur warga dari Poyowa Kecil yang saat itu, berjumlah kurang lebih 500 orang dan sudah tergabung dengan Desa Motoboi Kecil.
“Sebelumnya, torang pe tamang lei dorang da tikam deng forok (Garpu, red) di bagian paha kanan. Waktu itu, dia da mo beli bakso di Kelurahan Mongondow,”ujar sejumlah warga Poyowa Kecil.
Tiga warga lainnya ikut jadi korban penembakan dari aparat kepolisian, masing-masing, Et Gonibala (22), kena tembak dengan peluru karet di bagian pantat, Handi Bono (20) kena tembak dengan peluru karet, di bagian pundak belakang, dan Rio Mongilong (19) kena tembak di bagian paha kanan.
Saat beberapa masa berhasil di lerai, belakangan di ketahui salah seorang warga Desa Poyowa Kecil tewas diduga kena Tombak di dada sebelah kiri, yakni  Chandra Suoth (17) yang masih tercatat sebagai siswa SMKN 1 Kotamobagu.
Wakapolres Bolmong Kompol Rustanto ketika dikonfirmasi mengatakan kalau korban meninggal, sudah di bawa ke RSUP Prof Kandow di Manado untuk dilakukan otopsi.
“Korban masih menunggu hasil otopsi, namun di duga kuat terkena tombak, serta untuk ke dua korban dari pihak kepolisian sementara di rawat di RSUD Datoe Binangkang, yang satunya di rujuk di Manado, dan tiga korban penembakan di duga akibat kena peluru nyasar,” ujarnya, seraya menambahkan kalau anggota kepolisian hanya dipersenjatai dengan peluru karet, dan flash ball.(Mg1/Erwin)

Jual Beli Lahan di Areal PT JRBM, Bakal Jadi Kasus Baru

LOKASI Tambang PT J Resources blok bakan yang menjadi sengketa kepemilikan warga.
Molibagu,KM –
Persoalan pembebasan lahan dan ganti rugi tanaman di areal rencana lokasi penambangan bahan galian emas oleh PT. JResources Bolaang Mongondow (JRBM), hingga kini masih terus dipersoalkan oleh sejumlah kalangan.
Hasil investigasi Koran Manado, serta pengakuan dari sejumlah warga pemilik lahan mengku, proses ganti rugi tanaman yang dilakukan pihak perusahaan terkesan menyudutkan para pemilik lahan.
Bahkan, sejumlah warga menuturkan, ada beberapa lahan milik warga dibeli perusahaan kepada orang yang salah. Dimana bukan pemilik sebenarnya yang mendapat konpensasi ganti rugi, melaikan warga yang bukan pemilik lahan sebenarnya.
“Ada sejumlah lahan yang dibeli oleh perusahaan kepada pihak yang salah. Bukan kepada pemilik sebenarnya,” ujar beberapa warga yang enggan namanya disebut.
Sementara itu, persoalan tapal batas antara Bolmong Induk dan Bolsel, hingga kini belim juga tuntas. Konsultan yang dikirim oleh Kemendagri melalui Dirjen PUM, belum selesai melakukan survey, sudah kembali dan meninggalkan pekerjaan mereka.
Akibatnya, tapal batas antara dua Kabupaten ini, belum bisa ditentukan. Namun, sayangnya dengan berdalih Kontrak Karya (KK), pihak perusahaan terus melakukan aktivitas mereka tanpa memperdulikan berbagai persoalan yang ada.
Bahkan, saat ini pembuatan areal Leach Pad atau areal untuk melakukan produksi emas sudah dilakukan pihak JRBM. Itu artinya, lahan yang ada di areal tersebut, sudah dibebaskan.
Sementara itu, Bupati Bolsel Hi Herson Mayulu SIP, pada sosialisasi yang dilakukan JRBM di aula kantor Bupati pada Kamis (1/11) lalu, sempat menyentil sikap perusahaan-perusahaan yang memegang izin kontrak karya.
“Penyakit perusahaan dimana-mana , karena memegang izin kontrak karya, tidak mau lagi berkordinasi dengan daerah,” sindir Mayulu.
Mayulu juga sempat menyinggung persoalan ganti rugi tanaman yang ada di areal pertambangan tersebut. Menurut om Oku, sapaan akrabnya, jika Pemerintah Daerah  (Pemda) Bolsel, ingin mengangkat kasus ini, maka ini adalah kasus besar. Dimana Pemerintah Desa di wilayah Bolmong, sudah mengeluarkan Kart  (Surat dan gambar,red) Desa, kepada orang perseorangan. Padahal wilayah itu masuk daerah Bolsel.
“Ini kasus besar jika pemda Bolsel ingin mengangkatnya. Padahal tapal batas belum tuntas,” tegas Mayulu.
Menyikapi pernyataan Bupati, sejumlah aktivis pemerhati Bolmong Raya ikut mendukung. Seperti dikatakan Erwin Makalunsenge, bahwa persoalan batas wilayah sangat penting untuk kelangsungan kegiatan perusahaan. Bagaimana bisa belum jelas tapal batas, tapi perusahaan sudah membayar ganti rugi tanaman.
“Kalau benar masuk Bolsel, maka ini adalah persoalan besar. Sebab, konpensasinya sudah dibayarkan ke warga,”cetus Makalunsenge. (Tox)