Manado,KM –
DISKUSI tentang peristiwa Merah Putih 14 Februari yang dilaksanakan di ruang Toar Lumimuut kantor Walikota Manado, kemarin.(Foto: ist) |
Peristiwa heroik 14 Februari 1946 atau yang dikenal dengan
peristiwa Merah Putih di Sulawesi Utara (Sulut), hendaknya menjadi bagian dari
sejarah daerah ini. Pasalnya, selama ini peristiwa kepahlawanan merebut Tangsi
Teling yang dilakukan para pejuang di Manado itu, seakan terlupakan.
Untuk membangkitkan semangat juang serta kecintaan generasi
muda kepada sejarah peristiwa Merah Putih tersebut, Dewan Harian Cabang-45
(DHD-45) Kota Manado melaksanakan panel diskusi dengan menghadirkan Ben Wowor
salah seorang pelaku sejarah 14 Februari, di ruang Toar Lumimuut kantor
Walikota, Senin (25/2).
Wakil Walikota Manado Harley AB Mangindaan, selaku Ketua
DHC-45 Kota Manado mengatakan, peristiwa Merah Putih 14 Februari tidak boleh
dilupakan oleh generasi muda sekarang. Karena, didalamnya mengandung
nilai-nilai patriotik masyarakat Sulut khususnya masyarakat Manado.
"Peristiwa merah putih 14 Februari 1946 merupakan suatu
peristiwa heroik yang tercatat dalam lembaran sejarah perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia, yang terjadi di Sulawesi Utara dan sekitarnya. Jiwa, semangat
dan nilai-nilai perjuangan yang terkandung didalamnya merupakan bagian integral
yang tidak terpisahkan dari jiwa, semangat dan nilai-nilai proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945,"ujar Ai, sapaan akrab Wawali, seraya berharap
para peserta memberikan masukan serta usulan untuk memperkuat nilai sejarah peristiwa
Merah Putih di Sulut.
Usai pemaparan sejarah dari para nara sumber yang terdiri
dari Ben Wowor, tokoh pelaku sejarah, Letkol (L) Purn Cornelius Kowaas mewakili
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sulut, dan sejarawan Dr Ivan RB
Kaunang, dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu Drs Masri Paturusi.
Peserta yang hadir terdiri dari unsur birokrat seperti
Asisten bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Franky O
Mewengkang SIP, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Drs Helmy Bachdar,
Asisten bidang Administrasi Umum Dra Henny Giroth, Kepala Inspektorat Drs
Arnold Kewas, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Drs JT Tampi, serta
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ventje Pontoh SH.
Juga dari LVRI, pengurus DHC-45, organisasi kemasyarakatan,
tokoh masyarakat, guru sejarah, siswa dan mahasiswa, serta TNI/Polri.(jan
torindatu)