no klik kanan

Minggu, 17 Februari 2013

Rafda Sempat Berkomunikasi dengan Wagub



Terjepit Empat Jam Sebelum Tewas
Rafda, korban longsor di Perumahan Citraland saat masih bertahan hidup 
selama empat jam, sebelum akhirnya
 menghembuskan nafas terakhir pukul 15.00 Wita .(Foto: sonny/lmg)
Manado, KM
Kisah dramatis upaya penyelamatan korban tanah longsor di kompleks perumahan Citraland menyisahkan duka mendalam, Minggu (17/2) kemarin. Pasalnya, salah seorang korban bernama Rafda Luvita Oroh, yang terjepit diantara reruntuhan bangunan, masih sempat berbicara dan berkomunikasi dengan para penyelamat termasuk Wakil Gubernur Djouhari Kansil, yang tiba di lokasi, sebelum akhirnya tewas.
Suara lirih minta tolong diucapkan wanita muda berusia 20 tahun itu. Sekira empat jam, korban masih terlihat bernafas meski agak lemah. Sedangkan, tim penyelamat berupaya untuk melakukan penyelamatan dengan memberikan bantuan pernafasan lewat oksigen. Kepala Rafda juga dipakaikan helm untuk berjaga-jaga jangan sampai ada longsor susulan.
“saya minta tolong,”ujarnya lemah kepada petugas berulang-ulang. Rafda juga sempat minta roti karena lapar.
Meski petugas evakuasi dan tim medis telah berupaya maksimal menyelamatkan nyawa Rafda, namun yang Maha Kuasa berkehendak lain. Sekira pukul 15.00 Wita, karyawati salah satu bank swasta di Tomohon itu menghembuskan nafas terakhir.
Selain Rafda, korban lainnya yang tewas Lady Oroh, yang juga saudara Rafda yang menghuni rumah tersebut. Ibu korban yang menyaksikan upaya evakuasi yang berlangsung dramatis tersebut, sontak histeris mendapat kabar anaknya tidak dapat diselamatkan.
Bahkan, tangisan dan histeria ibu korban terjadi dihadapan Wagub Djouhari Kansil.
Rencananya, jenazah Rafda akan disemayamkan di Bank Pundi Tomohon, sebelum akhirnya dimakamkan di Kotamobagu.(jan torindatu/dari berbagai sumber)

Ribuan Warga Manado Mengungsi Akibat Banjir




"Rumah dinas saya terbuka untuk umum. Silakan para korban datang, saya akan melayani kebutuhan kalian," Wakil Walikota Manado Harley Mangindaan

Harley Mangindaan
Manado, KM
Manado dilanda banjir dan tanah longsor,  Minggu (17/2) kemarin. Sampai pukul 19.00 WITA, data di Mapolresta Manado, akibat bencana ini tercatat 16 korban tewas dan 8.093 jiwa mengungsi.
Kapolda Sulut Brigjen Pol Dicky Atotoy mengatakan telah memerintahkan personelnya untuk diterjunkan di lokasi bencana dan berbaur dengan anggota TNI, PMI, Basarnas, Senkom Mitra Polri dan Tagana.
"Situasinya saat ini tanggap darurat. Tidak ada kata tidak untuk menurunkan personel," katanya saat dikonfirmasi di lokasi longsor Citraland, Minggu (17/2).
Polda Sulut telah mengerahkan sekitar 200 personelnya dengan dua perahu karet untuk melakukan evakuasi korban yang masih bertahan di rumah karena terjebak banjir.
"Itu baru personel Polda Sulut saja, belum dari Polresta Manado dan seluruh piket fungsi di jajarannya," terang Atotoy.
Atotoy menyebut penyebab utama terjadinya banjir dan tanah longsor, dikarenakan hujan yang mengguyur seluruh wilayah Sulut sepanjang dua hari belakangan ini.
"Sama seperti beberapa tahun lalu, DAS Sawangan dan DAS Tondano tidak mampu menampung debit air yang besar. Akibatnya, meluap," terang Atotoy.
Sementara Wakil Walikota Manado Harley Mangindaan menyatakan siap menjadikan rumah dinasnya sebagai dapur umum bagi para korban bencana alam.
"Rumah dinas saya terbuka untuk umum. Silakan para korban datang, saya akan melayani kebutuhan kalian," kata Bang Ai, sapaan akrab Wawali melalui pesan BlackBerry Mesengger (BBM) kepada wartawan, Minggu (17/2) malam.
Bang Ai mengatakan sangat prihatin dengan kondisi Manado yang benar-benar hancur diterjang bencana banjir dan tanah longsor.
"Mereka yang jadi korban pasti membutuhkan bantuan," tandasnya.(tim km)

Duka Sulut di Hari Minggu



Wagub: Ini Bencana Nasional

Longsor Ambil Nyawa 16 Orang


Manado, KM-
Hujan yang mengguyur Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sejak beberapa hari terakhir ini, membuat struktur tanah di daerah perbukitan menjadi tidak stabil. Puncaknya, 18 titik longsor terjadi Minggu (17/2) kemarin. Jalur jalan Manado-Tomohon paling banyak yakni 11 titik longsor. Sementara di Citra Land terjadi dua titik longsor.

Kompleks Eden Bridge, yang paling parah. Longsor disitu  merenggut enam korban jiwa, salah satu korban adalah security Citra Land bernama, Tommy Manirip, Rafda dan Leidy, Frangky Kawilarang, Elisabeth Palit dan anaknya Enggelica Kawilarang ikut menjadi korban.

“Evakuasi pertama ditemukan empat orang. Kemudian evakuasi kedua ditemukan dua orang lagi. Semua korban sudah di bawah ke rumah sakit Malalayang, identitasnya masih diidentifikasi,” ujar Prasetya Budiarta Koordinator Lapangan Badan SAR Manado.
Longsor lainnya juga terjadi di Kelurahan Singkil lingkungan 5, Ridel Lintongan (4) tahun jadi korban. Kemudian, 4 orang masing-masing di Kelurahan Tingkulu, Charles Taroreh (28), warga Tingkulu lingkungan 5, Riska Ruru (22), Grasia Gosal (3,5), Ripka Gosal (9),  semuanya warga Tingkulu Lingkungan 8, David Ruru (16)  warga Ranomut lingkungan 2, Budi Astanto (40) Paal II lingkungan 9, Ismail Polumandago (10) warga Paal 4 lingkungan 6. 
Di Kabupaten Kepulauan Sitaro tepatnya di Kampung Lia, Kecamatan Siau Timur Utara awan duka juga menyelimuti Keluarga Lazarus-Lombone. Banjir bandang yang menghantam desa itu, membuat satu keluarga ini meningga dunia. Makdani Lasarus (31), Sarni Maya Lombone (31) Chika Lasarus (5) terserat banjir. Beruntung warga setempat dengan alat seadanya berhasil melakukan evakuasi ketiga korban. 
Sementara longsor di Desa Kaweruan, Likupang, di Paal II, longsor di Kombos, di Jalan Sea Malalayang ikut mengganggu pengguna jalan. Di jalur Manado-Amurang juga tertutup longsor di Desa Munte cukup parah. Kendaraan menuju Tomohon tidak bisa melintas karena di Desa Wuwuk tertutup longsor.
Selain longsor, banjir juga melanda Kota Manado. Ketinggian air di daerah aliran sungai Tondano meluap hingga ke daerah pemukiman warga dan pusat-pusat perkantoran. Akibatnya ribuan rumah di 9 Kecamatan di Kota Manado yang terendam banjir. Kecamatan yang paling parah yakni di Kecamatan Singkil, Paal II dan Tikala.
Di Kecamatan Singkil, ketinggian air mencapai 3 meter dan berhasil mencapai atap rumah warga. Di Paal dua atau tepatnya di Kampung Tubir, ketinggian air mencapai 2,5 meter. Sementara di Kecamatan Tikala, air mencapai 2 meter dan meluap sampai ke kompleks kantor Walikota Manado hingga SPBU Tikala. Jalan Krida Malalayang ikut terendam banjir akibat sungai di Krida meluap. Selain itu ada juga banjir di Sario. Di Ranotana Weru Lingkungan I juga banjir. Di luar Manado,  banjir juga melanda Tanawangko, Desa Sarani, Kabupaten Minahasa dan Desa Popontolen, Kabupaten Minahasa Selatan. 
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi  Sulut menyebutkan, total warga yang meninggal akibat bencana ini mencapai 16 orang. Satu dikabarkan hanyut terserat air di Kombos. Satunya lagi di Perum Handayani Ranomuut. Wakil Gubernur Sulut, Dr Djouhari Kansil MPd saat mengunjungi langsung lokasi bencana dan korban mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor di Sulut, Minggu 17 Februari kemarin adalah bencana nasional. Dia berharap, pemerintah Kabupaten dan Kota se Sulut membuat laporan terinci untuk diteruskan ke pemerintah pusat.
“Ya, ini sudah bencana nasional,” katanya saat meninjau beberapa lokasi bencana di Kota Manado, Minggu (17/2) sore kemarin.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kota Manado telah membuat sejumlah posko bantuan di beberapa titik yang menjadi sentra banjir dan tanah longsor. Untuk korban di Dendengan Dalam misalnya, telah di evakuasi di Posko pengungsian di kantor Diknas Kota Manado.
Pemerintah dan warga terus bekerjasama melakukan evakuasi. Sejumlah bantuan berupa makanan, obat-obatan dan tenda disalurkan pemerintah dan pihak swasta.
“Utamakan keselamatan warga masyarakat,” pintah Wagub Kansil.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulut, Ir Hoyke Makarawung, mengakui, bantuan yang telah diberikan kepada warga korban banjir masih kurang.
“Kami terus berupaya agar dapat membantu semaksimal mungkin,” katanya. Dia juga berharap agar warga untuk tetap mewaspadai banjir dan longsor susulan.(onal)