no klik kanan

Kamis, 28 Februari 2013

Walikota Minta Pengertian Masyarakat Tepi Sungai


Megaproyek Revitalisasi DAS Tondano Segera Dimulai
REVITALISASI pembangunan tanggul sepanjang DAS Tondano
akan mulai dilaksanakan tahun 2013 ini.(Foto: jan/KM)

Manado, KM
Pasca terjadi musibah banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Walikota Manado GS Vicky Lumentut terus berupaya melakukan lobi di pemerintah pusat untuk mendapatkan bantuan. Hasilnya, tahun 2013 ini pemerintah pusat mengucurkan dana sekira Rp200 miliar lebih untuk proyek revitalisasi sungai Tondano.
Dimana, megaproyek yang dikerjakan mulai dari daerah hilir kali Jengki sampai jembatan Kairagi itu, akan membebaskan lahan warga sejauh 10 meter dari bibir sungai. Olehnya, Walikota meminta peran Lurah dan Camat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, untuk memberikan pengertian kepada masyarakat. Apalagi, proposal pembangunan itu telah disetujui Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
"Sudah ok pembuatan tanggul sepanjang DAS Tondano, dari pasar Bersehati ke jembatan Kairagi dari Kementerian PU melalui dana JICA sebesar 200 miliar,"ujar Walikota, Kamis (28/2).
Lebih lanjut dikatakan Walikota pilihan rakyat ini, Kementerian PU meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Manado untuk membebaskan tanah di samping kiri dan kanan, minimal 10 meter dari tepi sungai Tondano, untuk dibuatkan tanggul dan jalan.
Sesuai rencana, dalam waktu dekat Walikota akan ke Jakarta untuk melaporkan jumlah bangunan yang akan dibebaskan dalam proyek tersebut.
Selain itu, Walikota akan mengkonsultasikan lokasi atau tempat-tempat yang akan dibuatkan jembatan khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan roda dua.
"Saya harapkan dukungan warga yang akan kena dengan proyek ini, karena dengan terbangunnya tanggul ini, warga yang selama ini selalu dilanda banjir akan terlindungi,"tandas Walikota.
Selain DAS Tondano, tandas Walikota, sungai lainnya seperti sungai Sario, sungai Bailang dan sungai Sawangan, juga akan dibuatkan tanggul pada bagian yang rendah, yang airnya selalu meluap saat banjir.
"Dua tiga tahun ke depan, akan ada panorama baru di Kota Manado, jika sungai sudah direvitalisasi,"pungkas Walikota.(jan torindatu)

Kepala SKPD Tandatangani Dokumen Penetapan Kinerja


Disaksikan Walikota
PARA kepala SKPD menandatangani dokumen penetapan
kinerja tahun 2013, di ruang Serbaguna Pemkot Manado.
Tampak Sekkot Ir Haefrey Sendoh dan
Kepala Inspektorat Drs Arnold Kewas menandatangani dokumen
disaksikan Walikota GS Vicky Lumentut, Kamis (28/2) kemarin.(Foto: ist)

Manado, KM
Seluruh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Manado, Kamis (28/2), melakukan penandatanganan Dokumen Penetapan Kinerja tahun 2013, di ruang Serbaguna kantor Walikota.
Penetapan kinerja merupakan kesepakatan atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, juga bentuk tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang ditandatangani, setelah penetapan anggaran.
Walikota Manado GS Vicky Lumentut, dalam sambutannya mengatakan penandatanganan dokumen itu, adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang semakin baik, bersih dan berwibawa.
"Saya percaya bahwa seluruh kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Manado, memiliki komitmen yang sama untuk mewujudkan cita-cita pemerintahan yang semakin baik, bersih dan berwibawa. Komitmen itu, nantinya akan tergambar jelas pada saat pelaksanaan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap capaian kinerja,"ujar Walikota.
Lebih lanjut Walikota meminta seluruh kepala SKPD agar bekerja secara maksimal dalam memenuhi target yang telah disetujui bersama.
"Hal ini saya minta semata-mata agar kinerja Pemerintah Kota Manado secara keseluruhan akan semakin baik, dan proses pembangunan berjalan lebih optimal, pelayanan publik pun semakin prima, yang nantinya akan berujung pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Kota Manado,"tandas Lumentut.
Walikota juga mengingatkan, berbagai tuntutan masyarakat harus dijawab oleh SKPD dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas.
“Para kepala SKPD dapat menerjemahkan tuntutan masyarakat sebagai peluang untuk membuktikan profesionalisme dalam melaksanakan tupoksi. Saya minta dapat bekerja dengan baik untuk memenuhi setiap target yang kita telah sepakati bersama dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2013 ini, karena sesungguhnya dengan telah ditandatanganinya dokumen Penetapan Kinerja, berarti para kepala SKPD telah menyatakan diri sanggup menjalankan apa yang tertuang dalam dokumen Penetapan Kinerja,"pungkas Walikota.(jan torindatu)

Parkir Jalan Samrat Bakal Dicari Solusi


PEMBICARAAN non formal yang dilakukan di salah satu rumah kopi
dibilangan Samrat dengan melibatkan Wawali Harley Mangindaan,
Kepala Dishub Manado, Kasatlantas Polresta Manado,
dan pelaku usaha di jalan Samrat.(Foto: jan/KM)

Manado, KM
Persoalan parkir di jalan Sam Ratulangi (Samrat) ternyata mendapat perhatian Wakil Walikota Manado Harley AB Mangindaan. Secara spontan, Ai sapaan akrab Wawali, bertemu dengan para pelaku usaha di jalan utama Kota Manado untuk mendapatkan masukan terkait keluhan mereka karena sempitnya lahan parkir di jalan tersebut.
Wawali yang memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, kemudian menghadirkan instansi dan lembaga berkompeten seperti Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Manado Yohanis Waworuntu dan Kepala Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Manado Kompol Alfaris Patiwael, serta pelaku usaha untuk duduk bersama. Meski santai, namun pembicaraan yang terjadi di salah satu rumah kopi di bilangan jalan Samrat itu berlangsung serius. Kamis (28/2).
“Pokoknya persoalan yang dihadapi para pelaku usaha di jalan Sam Ratulangi ini, akan kita carikan solusi yang terbaik. Pemerintah Kota selalu berupaya berbuat yang terbaik untuk kepentingan masyarakat,”ujar Wawali.
Menurutnya, persoalan jalan Sam Ratulangi tidak semudah membalikan telapak tangan untuk menyelesaikannya. Namun, dibutuhkan kerjasama yang baik semua pihak yang terkait agar tidak menimbulkan konflik kepentingan,”tandas Wawali.
Sebelumnya, dr Sanil, salah satu pelaku usaha di jalan Sam Ratulangi, kepada wartawan mengeluhkan kondisi jalan tersebut yang sulit mendapatkan lahan parkir independent dibandingkan jalan Piere Tendean. Pasalnya, selain merupakan jalan tertua di Manado, jalan Sam Ratulangi sangat sulit untuk dilakukan pengembangan usaha dengan menyediakan lahan parkir, karena telah berdiri rumah warga.
Sehingga, tambah dr Sanil, mau tidak mau parkir dibadan jalan menjadi alternatif, meskipun pihak kepolisian melarang.
“Memang untuk mendapatkan lahan parkir independen di jalan Sam Ratulangi seperti yang ada di jalan Piere Tendean sangat sulit. Karena, jalan Samrat ini adalah jalan yang sudah ada sejak lama, juga banyak rumah-rumah warga. Bahkan, jalan-jalan di lorong-lorong sangat sulit mendapatkan tempat parkir,”keluhnya.
Kepala Dishub Manado Yohanis Waworuntu, menandaskan untuk memecahkan persoalan tersebut, pihaknya akan melaksanakan rapat Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan (FLLAJ) dalam waktu dekat.
“Kita akan bahas ini di forum lalu lintas. Pihak pelaku usaha di jalan Samrat juga akan kita undang untuk hadir,”pungkas Waworuntu.(jan torindatu)

Senin, 25 Februari 2013

Peristiwa Merah Putih Tidak Boleh Dilupakan

Temu Pejuang dan Generasi Penerus Kejuangan-45 
Manado,KM
DISKUSI tentang peristiwa Merah Putih 14 Februari yang dilaksanakan
di ruang Toar Lumimuut kantor Walikota Manado, kemarin.(Foto: ist)

Peristiwa heroik 14 Februari 1946 atau yang dikenal dengan peristiwa Merah Putih di Sulawesi Utara (Sulut), hendaknya menjadi bagian dari sejarah daerah ini. Pasalnya, selama ini peristiwa kepahlawanan merebut Tangsi Teling yang dilakukan para pejuang di Manado itu, seakan terlupakan.
Untuk membangkitkan semangat juang serta kecintaan generasi muda kepada sejarah peristiwa Merah Putih tersebut, Dewan Harian Cabang-45 (DHD-45) Kota Manado melaksanakan panel diskusi dengan menghadirkan Ben Wowor salah seorang pelaku sejarah 14 Februari, di ruang Toar Lumimuut kantor Walikota, Senin (25/2).
Wakil Walikota Manado Harley AB Mangindaan, selaku Ketua DHC-45 Kota Manado mengatakan, peristiwa Merah Putih 14 Februari tidak boleh dilupakan oleh generasi muda sekarang. Karena, didalamnya mengandung nilai-nilai patriotik masyarakat Sulut khususnya masyarakat Manado.
"Peristiwa merah putih 14 Februari 1946 merupakan suatu peristiwa heroik yang tercatat dalam lembaran sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, yang terjadi di Sulawesi Utara dan sekitarnya. Jiwa, semangat dan nilai-nilai perjuangan yang terkandung didalamnya merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari jiwa, semangat dan nilai-nilai proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,"ujar Ai, sapaan akrab Wawali, seraya berharap para peserta memberikan masukan serta usulan untuk memperkuat nilai sejarah peristiwa Merah Putih di Sulut.
Usai pemaparan sejarah dari para nara sumber yang terdiri dari Ben Wowor, tokoh pelaku sejarah, Letkol (L) Purn Cornelius Kowaas mewakili Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sulut, dan sejarawan Dr Ivan RB Kaunang, dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu Drs Masri Paturusi.
Peserta yang hadir terdiri dari unsur birokrat seperti Asisten bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Franky O Mewengkang SIP, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Drs Helmy Bachdar, Asisten bidang Administrasi Umum Dra Henny Giroth, Kepala Inspektorat Drs Arnold Kewas, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Drs JT Tampi, serta Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ventje Pontoh SH.
Juga dari LVRI, pengurus DHC-45, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, guru sejarah, siswa dan mahasiswa, serta TNI/Polri.(jan torindatu)

Lumentut Perjuangkan Bantuan Pasca Bencana


Ajukan Proposal ke BNPB, Kemenpera dan PU
Manado, KM
GS Vicky Lumentut
Kepedulian Pemerintah Kota (Pemkot) Manado terhadap nasib warga kota yang menjadi korban bencana baik banjir maupun tanah longsor, sangat tinggi. Buktinya, Walikota Manado GS Vicky Lumentut, Senin (25/2) kemarin, mengajukan proposal bantuan pasca bencana kepada Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) di Jakarta. 
“Bantuan pasca bencana telah saya ajukan proposalnya ke BNPB. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ditindaklanjuti oleh pemerintah pusat,”ujar Walikota.
Menurutnya, setelah berdiskusi dengan deputi dan para direktur yang menangani kedaruratan, pihak BNPB dalam waktu dekat akan ke Manado untuk melakukan verifikasi data yang diajukan Pemkot Manado, khususnya rumah-rumah yang rusak berat.
“Petugas BNPB akan datang di Manado untuk melakukan verifikasi terhadap rumah-rumah yang rusak berat,”tandas Lumentut.
Dalam pertemuan itu, BNPB menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Manado yang telah melakukan penanganan bencana dengan cepat.
"Kami sampaikan terima kasih karena Pemerintah Kota Manado bersama masyarakat dan TNI, yang cepat membantu warga dan membersihkan lingkungan setelah banjir surut,"kata Dody Ruswandy, Deputi bidang Kedaruratan BNPB.
Selanjutnya, tambah Walikota pilihan rakyat Manado itu, Selasa (26/2) hari ini, pihaknya akan mendatangi Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk memperjuangkan bantuan bagi perbaikan infrastruktur dan fasilitas publik yang rusak akibat bencana yang terjadi Minggu 17 Februari lalu.(jan torindatu)

Minggu, 17 Februari 2013

Rafda Sempat Berkomunikasi dengan Wagub



Terjepit Empat Jam Sebelum Tewas
Rafda, korban longsor di Perumahan Citraland saat masih bertahan hidup 
selama empat jam, sebelum akhirnya
 menghembuskan nafas terakhir pukul 15.00 Wita .(Foto: sonny/lmg)
Manado, KM
Kisah dramatis upaya penyelamatan korban tanah longsor di kompleks perumahan Citraland menyisahkan duka mendalam, Minggu (17/2) kemarin. Pasalnya, salah seorang korban bernama Rafda Luvita Oroh, yang terjepit diantara reruntuhan bangunan, masih sempat berbicara dan berkomunikasi dengan para penyelamat termasuk Wakil Gubernur Djouhari Kansil, yang tiba di lokasi, sebelum akhirnya tewas.
Suara lirih minta tolong diucapkan wanita muda berusia 20 tahun itu. Sekira empat jam, korban masih terlihat bernafas meski agak lemah. Sedangkan, tim penyelamat berupaya untuk melakukan penyelamatan dengan memberikan bantuan pernafasan lewat oksigen. Kepala Rafda juga dipakaikan helm untuk berjaga-jaga jangan sampai ada longsor susulan.
“saya minta tolong,”ujarnya lemah kepada petugas berulang-ulang. Rafda juga sempat minta roti karena lapar.
Meski petugas evakuasi dan tim medis telah berupaya maksimal menyelamatkan nyawa Rafda, namun yang Maha Kuasa berkehendak lain. Sekira pukul 15.00 Wita, karyawati salah satu bank swasta di Tomohon itu menghembuskan nafas terakhir.
Selain Rafda, korban lainnya yang tewas Lady Oroh, yang juga saudara Rafda yang menghuni rumah tersebut. Ibu korban yang menyaksikan upaya evakuasi yang berlangsung dramatis tersebut, sontak histeris mendapat kabar anaknya tidak dapat diselamatkan.
Bahkan, tangisan dan histeria ibu korban terjadi dihadapan Wagub Djouhari Kansil.
Rencananya, jenazah Rafda akan disemayamkan di Bank Pundi Tomohon, sebelum akhirnya dimakamkan di Kotamobagu.(jan torindatu/dari berbagai sumber)

Ribuan Warga Manado Mengungsi Akibat Banjir




"Rumah dinas saya terbuka untuk umum. Silakan para korban datang, saya akan melayani kebutuhan kalian," Wakil Walikota Manado Harley Mangindaan

Harley Mangindaan
Manado, KM
Manado dilanda banjir dan tanah longsor,  Minggu (17/2) kemarin. Sampai pukul 19.00 WITA, data di Mapolresta Manado, akibat bencana ini tercatat 16 korban tewas dan 8.093 jiwa mengungsi.
Kapolda Sulut Brigjen Pol Dicky Atotoy mengatakan telah memerintahkan personelnya untuk diterjunkan di lokasi bencana dan berbaur dengan anggota TNI, PMI, Basarnas, Senkom Mitra Polri dan Tagana.
"Situasinya saat ini tanggap darurat. Tidak ada kata tidak untuk menurunkan personel," katanya saat dikonfirmasi di lokasi longsor Citraland, Minggu (17/2).
Polda Sulut telah mengerahkan sekitar 200 personelnya dengan dua perahu karet untuk melakukan evakuasi korban yang masih bertahan di rumah karena terjebak banjir.
"Itu baru personel Polda Sulut saja, belum dari Polresta Manado dan seluruh piket fungsi di jajarannya," terang Atotoy.
Atotoy menyebut penyebab utama terjadinya banjir dan tanah longsor, dikarenakan hujan yang mengguyur seluruh wilayah Sulut sepanjang dua hari belakangan ini.
"Sama seperti beberapa tahun lalu, DAS Sawangan dan DAS Tondano tidak mampu menampung debit air yang besar. Akibatnya, meluap," terang Atotoy.
Sementara Wakil Walikota Manado Harley Mangindaan menyatakan siap menjadikan rumah dinasnya sebagai dapur umum bagi para korban bencana alam.
"Rumah dinas saya terbuka untuk umum. Silakan para korban datang, saya akan melayani kebutuhan kalian," kata Bang Ai, sapaan akrab Wawali melalui pesan BlackBerry Mesengger (BBM) kepada wartawan, Minggu (17/2) malam.
Bang Ai mengatakan sangat prihatin dengan kondisi Manado yang benar-benar hancur diterjang bencana banjir dan tanah longsor.
"Mereka yang jadi korban pasti membutuhkan bantuan," tandasnya.(tim km)

Duka Sulut di Hari Minggu



Wagub: Ini Bencana Nasional

Longsor Ambil Nyawa 16 Orang


Manado, KM-
Hujan yang mengguyur Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sejak beberapa hari terakhir ini, membuat struktur tanah di daerah perbukitan menjadi tidak stabil. Puncaknya, 18 titik longsor terjadi Minggu (17/2) kemarin. Jalur jalan Manado-Tomohon paling banyak yakni 11 titik longsor. Sementara di Citra Land terjadi dua titik longsor.

Kompleks Eden Bridge, yang paling parah. Longsor disitu  merenggut enam korban jiwa, salah satu korban adalah security Citra Land bernama, Tommy Manirip, Rafda dan Leidy, Frangky Kawilarang, Elisabeth Palit dan anaknya Enggelica Kawilarang ikut menjadi korban.

“Evakuasi pertama ditemukan empat orang. Kemudian evakuasi kedua ditemukan dua orang lagi. Semua korban sudah di bawah ke rumah sakit Malalayang, identitasnya masih diidentifikasi,” ujar Prasetya Budiarta Koordinator Lapangan Badan SAR Manado.
Longsor lainnya juga terjadi di Kelurahan Singkil lingkungan 5, Ridel Lintongan (4) tahun jadi korban. Kemudian, 4 orang masing-masing di Kelurahan Tingkulu, Charles Taroreh (28), warga Tingkulu lingkungan 5, Riska Ruru (22), Grasia Gosal (3,5), Ripka Gosal (9),  semuanya warga Tingkulu Lingkungan 8, David Ruru (16)  warga Ranomut lingkungan 2, Budi Astanto (40) Paal II lingkungan 9, Ismail Polumandago (10) warga Paal 4 lingkungan 6. 
Di Kabupaten Kepulauan Sitaro tepatnya di Kampung Lia, Kecamatan Siau Timur Utara awan duka juga menyelimuti Keluarga Lazarus-Lombone. Banjir bandang yang menghantam desa itu, membuat satu keluarga ini meningga dunia. Makdani Lasarus (31), Sarni Maya Lombone (31) Chika Lasarus (5) terserat banjir. Beruntung warga setempat dengan alat seadanya berhasil melakukan evakuasi ketiga korban. 
Sementara longsor di Desa Kaweruan, Likupang, di Paal II, longsor di Kombos, di Jalan Sea Malalayang ikut mengganggu pengguna jalan. Di jalur Manado-Amurang juga tertutup longsor di Desa Munte cukup parah. Kendaraan menuju Tomohon tidak bisa melintas karena di Desa Wuwuk tertutup longsor.
Selain longsor, banjir juga melanda Kota Manado. Ketinggian air di daerah aliran sungai Tondano meluap hingga ke daerah pemukiman warga dan pusat-pusat perkantoran. Akibatnya ribuan rumah di 9 Kecamatan di Kota Manado yang terendam banjir. Kecamatan yang paling parah yakni di Kecamatan Singkil, Paal II dan Tikala.
Di Kecamatan Singkil, ketinggian air mencapai 3 meter dan berhasil mencapai atap rumah warga. Di Paal dua atau tepatnya di Kampung Tubir, ketinggian air mencapai 2,5 meter. Sementara di Kecamatan Tikala, air mencapai 2 meter dan meluap sampai ke kompleks kantor Walikota Manado hingga SPBU Tikala. Jalan Krida Malalayang ikut terendam banjir akibat sungai di Krida meluap. Selain itu ada juga banjir di Sario. Di Ranotana Weru Lingkungan I juga banjir. Di luar Manado,  banjir juga melanda Tanawangko, Desa Sarani, Kabupaten Minahasa dan Desa Popontolen, Kabupaten Minahasa Selatan. 
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi  Sulut menyebutkan, total warga yang meninggal akibat bencana ini mencapai 16 orang. Satu dikabarkan hanyut terserat air di Kombos. Satunya lagi di Perum Handayani Ranomuut. Wakil Gubernur Sulut, Dr Djouhari Kansil MPd saat mengunjungi langsung lokasi bencana dan korban mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor di Sulut, Minggu 17 Februari kemarin adalah bencana nasional. Dia berharap, pemerintah Kabupaten dan Kota se Sulut membuat laporan terinci untuk diteruskan ke pemerintah pusat.
“Ya, ini sudah bencana nasional,” katanya saat meninjau beberapa lokasi bencana di Kota Manado, Minggu (17/2) sore kemarin.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kota Manado telah membuat sejumlah posko bantuan di beberapa titik yang menjadi sentra banjir dan tanah longsor. Untuk korban di Dendengan Dalam misalnya, telah di evakuasi di Posko pengungsian di kantor Diknas Kota Manado.
Pemerintah dan warga terus bekerjasama melakukan evakuasi. Sejumlah bantuan berupa makanan, obat-obatan dan tenda disalurkan pemerintah dan pihak swasta.
“Utamakan keselamatan warga masyarakat,” pintah Wagub Kansil.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulut, Ir Hoyke Makarawung, mengakui, bantuan yang telah diberikan kepada warga korban banjir masih kurang.
“Kami terus berupaya agar dapat membantu semaksimal mungkin,” katanya. Dia juga berharap agar warga untuk tetap mewaspadai banjir dan longsor susulan.(onal)