Ruhut: Presiden Harus Orang Jawa!
Jakarta, KM
Calon pendamping Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie di
pentas Pemilihan Presiden nanti mengerucut ke nama Joko Widodo, kader andalan
PDIP. Ical kabarnya sangat menginginkan Jokowi sebagai Cawapresnya. Sayangnya
PDIP dengan tegas menolak keinginan itu.
"Kita belum membicarakan capres, cawapres, apalagi
koalisi, Belanda masih jauh," kata Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait kepada wartawan,
Minggu (20/10).
Pada akhirnya, menurut Maruarar, Ketum PDIP Megawati
Soekarnoputri yang berhak menentukan siapa capres dan cawapres PDIP. Karena itu
kalau mau koalisi harusnya Ical mulai melobi Mega.
"Keputusan Kongres Partai menyerahkan kepada Ibu
Mega," katanya.
Untuk saat ini PDIP sedang fokus menghadapi Pileg. Kalau
hasilnya positif apalagi di atas Golkar, PDIP sudah tentu bakal mengusung
capres.
"Apakah tokoh kami digadang-gadang jadi wapres atau
bahkan presiden partai lain sebagai wacana ya silakan saja," tandasnya.
Sebelumnya Jubir Golkar Tantowi Yahya mengungkap 3
kandidat kuat cawapres Ical yakni Jokowi, Pramono Edhie Wibowo, dan Mahfud MD.
PD pun langsung merespons keras pernyataan Tantowi dan
menyebut keinginan Ical hanya mimpi di siang bolong.
Bahkan tim sukses Prabowo Edhie, Ruhut Sitompul, secara
tegas menyatakan tak terima wacana itu.
"Itu artinya Ical sudah tidak pede jadi capres kalau
dia ingin Mas Edhie jadi cawapresnya. Berarti dia perlu orang yang mengamankan
dia," kata Ruhut menanggapi hasrat Ical duet dengan Pramono Edhie yang
dilontarkan Golkar.
Menurut Ruhut di Pilpres 2014 nanti masyarakat masih
lebih memilih orang Jawa seperti Presiden RI yang sudah-sudah. Karena itu
Pramono Edhie dipandang Ruhut lebih pantas nyapres ketimbang Ical.
"Jadi mereka yang nyapres itu nggak punya kaca di
rumah, mereka harusnya tunggu Pemilu Legislatif. Masa kalau kita pemenang Mas
Edhie cuma wapres, ingat pepatah Jawa 'ojo kesusu', Ical kan tidak tahu pepatah
itu dia bukan orang Jawa. Presiden itu harus orang Jawa, ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani," katanya.
Karena itu, Ruhut menyimpulkan, tak mungkin jagoannya
cuma jadi wapres Ical. "Mimpi kali yee," tandasnya sembari tertawa.
Disisi lain, tingkat keterpilihan Jokowi tak berpengaruh
terhadap elektabilitas PDI Perjuangan. Meski Jokowi santer disebut-sebut
sebagai capres, dukungan suara terhadap PDIP tetap stabil.
Demikian dikatakan peneliti Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) Adji Alfaraby dalam paparan hasil survei yang digelar pada 12 September-5
Oktober 2013. Hasil survei dengan 1.200 responden menunjukan suara PDIP yang
cenderung stabil dibanding survei LSI sebelumnya pada Maret 2013.
Pada survei Maret 2013, PDIP memperoleh dukungan 18,8
persen sedangkan hasil survei Oktober dukungannya 18,7
persen."Elektabilitas PDIP cenderung stabil," kata Adji di kantornya,
Jalan Pemuda, Jaktim
Hasil ini menurut Adji menunjukkan Jokowi tidak
berpengaruh pada elektabilitas PDIP. "Elektabilitas Jokowi tidak mampu
dikonversi sebagai elektabilitas partai. Jokowi belum bisa mendongkrak suara
PDIP karena asosiasi Jokowi terhadap PDIP masih lemah," tutur Adji.
Dalam surveinya, LSI juga tidak menyertakan Jokowi
sebagai capres yang masuk dalam kuesioner karena belum ada keputusan resmi PDIP
mencalonkan mantan Wali Kota Solo tersebut.
Megawati dimasukkan dalam survei karena memenuhi syarat
indeks capres 2014 yang diformulasikan LSI yakni capres adalah pimpinan partai
dan didukung elektabilitas tinggi.
Dua indeks itu yang juga jadi alasan memasukan nama
Aburizal Bakrie sebagai capres. Sebab dari survei LSI, Golkar berada di urutan
teratas dengan 20,4 persen dan Ical sudah ditetapkan secara resmi sebagai
capres berlambang pohon beringin.
Mengenai adanya faksi di internal Golkar yang belum 100
persen menerima pencalonan Ical, Adji menyebut LSI tidak mempertimbangkannya.
"Kelompok ini (faksi berbeda pendapat) kecil. Saya kira sulit pencalonan
Ical dievaluasi karena dia ketum partai," ujar Adji.(dtc/vvn)