no klik kanan

Minggu, 30 September 2012

Merasa Gerah di “Rumah Sendiri”

Ribuan Pendukung Dipastikan Ikut Pindah

Sualang Isyaratkan “Pindah Rumah”

Partai Banteng Moncong Putih ini mulai gerah di rumah yang dibangunya
Manado, KM-
Siapa yang tidak mengenal sosok Freddy Harry Sualang. Pejuang partai berlambang banteng dalam lingkaran (PDI Perjuangan) ini sangat melegenda di Sulawesi Utara (Sulut). Beliaulah tokoh yang dikenal sebagai pejuang sejak masa Orde baru, ketika masih bernama PDI, hingga memasuki era reformasi tahun 1998 silam, bersamaan dengan bergantinya PDI menjadi PDI Perjuangan.
Selama kepemimpinan beliau sebagai Ketua PDI Pro Mega, hingga Ketua PDI Perjuangan. Sualang berhasil menancapkan semangat idealisme dalam diri seluruh warga Banteng. Kegigihan, ketekunan serta sikap rela berkorban, telah menempatkan sosok ini pada posisi sebagai yang disegani oleh segenap elemen PDI Perjuangan Sulut.
Namun, setelah puluhan tahun menjadi pejuang, pernyataan mengejutkan keluar dari mulut Sualang. Figur yang saat ini masih menjabat Ketua non aktif DPD PDI Perjuangan Sulut menyatakan niatnya untuk ‘pindah rumah’ atau melanjutkan karir politiknya di Parpol lain.
Dangan nada kiasan, Sualang menuturkan suasana serta prilaku elit PDI Perjuangan yang dinilai sudah tidak selaras dengan kemandirian partai, menjadi klausul dirinya berniat berkarir dengan Parpol lain.
“Suasana yang ada sekarang di dalam rumah (PDI Perjuangan red) sudah cukup membuat saya gerah. Makanya saya berniat mencari rumah lain yang menjamin kesejukan dan keteduhan,”ujarnya.
Lagipula lanjut beliau, politik bukanlah agama. Baginya agama sebaiknya tidak berpindah-pindah.
“Tapi kalau politik, itu bisa dan sangat dimungkinkan,” jelasnya.
Baginya, rencana kepindahan ke Parpol lain, sama sekali tidak ada beban moral, sebab selama ini dirinya telah mempersembahkan yang terbaik bagi kebesaran PDI Perjuangan. Menurutnya sudah ada pengurus pusat salah satu Parpol yang memberikan penawaran.
“Mereka tinggal menunggu jawaban dari saya. Parpol tersebut  nasionalis dan menjanjikan, sehingga saya pun bisa mempertimbangkannya,”ungkap Sualang.
“Saya sudah memikirkan penawaran itu. Dan saya pun secara jujur tertarik dengan visi dan misi yang tertuang dalam platform mereka,” tambahnya.
Dikatakannya, jika akhirnya pindah Parpol, itu berarti sejarah politiknya sudah harus seperti itu.
“Ternyata memang sudah saatnya saya harus mencari keteduhan di rumah lain, dan mereka pun sudah menawarkannya,”paparnya dengan nada optimis.
“Di masa lalu, kami membangun di bawah intimidasi. Namun kami tetap teguh, karena adanya saling memiliki satu sama lain. Tapi, sekarang ini, saya sangat merasakan bahwa yang ada bukan saling memiliki, melainkan saling memikirkan  kepentingan personal, di samping membangun partai dalam semangat pengkotakan dan kepentingan kelompok,” urainya sambil mengenang.
Sualang juga menuturkan, meski di masa lalu perjuangan ditandai dengan intimidasi, namun suasana saling memiliki yang diciptakan oleh sesama pejuang partai mampu menjadi obat penawar yang menyejukan hati.
“Sayangnya, yang terjadi sekarang ini justru kebalikannya. Perjuangan sudah tidak penat, namun para elit partai, tapi tidak semua yang justru menciptakan suasana menjadi penat,”paparnya.
Siapa para elit PDI Perjuangan Sulut yang oleh sualang disebut sebagai elit yang menciptakan suasana dalam tubuh partai menjadi penat? “Saya tahu siapa-siapa mereka itu,”tandasnya. Menurutnya, kepenatan yang diciptakan termasuk dalam masa Pemilukada Minahasa saat ini.
Dapat dipastikan, jika pernyataan Sualang menjadi kenyataan, sebuah kehilangan besar akan dialami PDI Perjuangan Sulut. Apalagi, mayoritas warga banteng, masih melihat keterlibatan sosok Sualang yang terkenal gigih memperjuangkan martabat partai, terlebih di masa penindasan Orde Baru. Ribuan pengikut yang dikenal militant dan setia dipastikan akan ramai-ramai ‘pindah rumah’.(onal/tim km)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar