no klik kanan

Senin, 21 Oktober 2013

Jokowi dan Prabowo Capres Wacana

Nama Mereka tak Masuk Survey Capres
Golkar Dituding Dibelakang Survey LSI


Jakarta, KM –
Survei menjelang Pemilu 2014 makin liar saja. Kemarin hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) cukup membuat heboh publik lantaran 'menghilangkan' nama Joko Widodo (Jokowi), yang selalu menang dalam polling beberapa bulan terakhir.
Bersama Prabowo, Jokowi dianggap hanya capres wacana. "Jokowi dan Prabowo walau tinggi elektabilitasnya, hanya akan menjadi capres wacana," kata peneliti LSI Adjie Alfaraby dalam jumpa pers di kantornya kemarin.
Menurut Adjie, Jokowi hanya capres wacana karena pencapresannya bergantung pada keputusan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri . Sementara, Prabowo juga cuma wacana karena elektabilitas Partai Gerindra masih rendah.
"Partai Gerindra dalam sejumlah survei LSI elektabilitasnya di bawah 10 persen dan itu di bawah tiga partai besar, Golkar, PDIP, dan Demokrat," kata Adjie.
Melihat survei Pusat Data Bersatu (PDB) yang dirilis 10 Oktober lalu, elektabilitas Jokowi justru terus meroket sampai ke angka 36 persen, jauh meninggalkan Prabowo Subianto yang berada di urutan kedua dengan 6,6 persen.
Elektabilitas ini yang tidak dibuka oleh LSI karena dianggap dua capres itu hanya wacana. Padahal, sebagai alat menangkap persepsi publik secara obyektif, seharusnya survei capres tidak bisa seenaknya 'menghilangkan' nama-nama dengan asumsi-asumsi politis, misalnya karier seseorang tokoh di parpol tertentu.
Menanggapi hasil survei LSI itu, sejumlah petinggi PDIP malas berkomentar. "Buat apa komentari hasil survei LSI yang konsultannya Golkar dan Ical," ujar seorang petinggi partai banteng.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Patrice Rio Capella bahkan menanggapi sinis hasil survei LSI yang menyatakan partainya terancam tidak lolos Parliamentary Threshold 3,5 persen.
"LSI Denny JA ini dalam surveinya selalu memenangkan Golkar, berbeda dengan lembaga survei yang lain. Jadi kita (NasDem) tahu apa agenda yang dibawanya. Oleh karena itu NasDem melihat ini survei lucu-lucuan karena tidak sesuai dengan fakta di lapangan," kata Patrice Rio Capella saat dihubungi, Senin (21/10).
LSI Konsultan Golkar?
 LSI  mengakui pihaknya menjadi konsultan politik Partai Golkar di Pemilu 2014. Namun, lembaga pimpinan Denny JA itu membantah telah memainkan hasil riset demi kepentingan partai pimpinan Aburizal Bakrie itu.
Peneliti LSI , Adjie Alfaraby, mengungkapkan sebagai lembaga riset sekaligus konsultan politik, pihaknya memang mempunyai sejumlah klien untuk Pemilu 2014.
"Jadi bukan hanya Golkar yang kita dampingi," kata Adjie saat dihubungi merdeka.com, Senin (21/10).
Menurut Adjie, banyak caleg dari parpol lain, seperti Partai Demokrat yang menjadi klien LSI . Namun, saat ditanya lagi apakah klien dari parpol hanya Golkar, dia mengiyakan.
"Ya, kalau partai hanya Golkar," kata master komunikasi politik jebolan Universitas Indonesia (UI).
Meski demikian, Adjie meminta publik membedakan divisi riset dan konsultasi di LSI . Menurutnya, divisi riset akan tetap independen dan merilis hasil penelitian ilmiah ke publik.
Sementara soal Pilpres 2014, kata Adjie, pihaknya belum kerjasama dengan capres mana pun. "Untuk Pilpres 2014 belum ada kontrak," kata Adjie seraya mempersilakan bertanya soal kontrak ke bagian konsultan.
Fakta LSI sebagai konsultan politik Golkar terkuak setelah lembaga riset sekaligus konsultan politik itu 'menghilangkan' nama Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto dalam rilis hasil survei terbaru.(mdk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar