Wagub: Ini Bencana Nasional
Longsor Ambil Nyawa 16 Orang
Manado, KM-
Hujan yang mengguyur Provinsi Sulawesi Utara
(Sulut) sejak beberapa hari terakhir ini, membuat struktur tanah di daerah
perbukitan menjadi tidak stabil. Puncaknya, 18 titik longsor terjadi Minggu
(17/2) kemarin. Jalur jalan Manado-Tomohon paling banyak yakni 11 titik
longsor. Sementara di Citra Land terjadi dua titik longsor.
Kompleks Eden Bridge, yang paling parah.
Longsor disitu merenggut enam korban
jiwa, salah satu korban adalah security Citra Land bernama, Tommy Manirip, Rafda dan Leidy, Frangky Kawilarang, Elisabeth Palit dan
anaknya Enggelica Kawilarang ikut menjadi korban.
“Evakuasi pertama ditemukan empat orang.
Kemudian evakuasi kedua ditemukan dua orang lagi. Semua korban sudah di bawah
ke rumah sakit Malalayang, identitasnya masih diidentifikasi,” ujar Prasetya
Budiarta Koordinator Lapangan Badan SAR Manado.
Longsor lainnya juga terjadi di Kelurahan
Singkil lingkungan 5, Ridel Lintongan (4) tahun jadi korban. Kemudian, 4 orang
masing-masing di Kelurahan Tingkulu, Charles Taroreh (28), warga Tingkulu
lingkungan 5, Riska Ruru (22), Grasia Gosal (3,5), Ripka Gosal (9), semuanya warga Tingkulu Lingkungan 8, David
Ruru (16) warga Ranomut lingkungan 2,
Budi Astanto (40) Paal II lingkungan 9, Ismail Polumandago (10) warga Paal 4
lingkungan 6.
Di Kabupaten Kepulauan Sitaro tepatnya di
Kampung Lia, Kecamatan Siau Timur Utara awan duka juga menyelimuti Keluarga
Lazarus-Lombone. Banjir bandang yang menghantam desa itu, membuat satu keluarga
ini meningga dunia. Makdani Lasarus (31), Sarni Maya Lombone (31) Chika Lasarus
(5) terserat banjir. Beruntung warga setempat dengan alat seadanya berhasil
melakukan evakuasi ketiga korban.
Sementara longsor di Desa Kaweruan, Likupang,
di Paal II, longsor di Kombos, di Jalan Sea Malalayang ikut mengganggu pengguna
jalan. Di jalur Manado-Amurang juga tertutup longsor di Desa Munte cukup parah.
Kendaraan menuju Tomohon tidak bisa melintas karena di Desa Wuwuk tertutup
longsor.
Selain longsor, banjir juga melanda Kota
Manado. Ketinggian air di daerah aliran sungai Tondano meluap hingga ke daerah
pemukiman warga dan pusat-pusat perkantoran. Akibatnya ribuan rumah di 9
Kecamatan di Kota Manado yang terendam banjir. Kecamatan yang paling parah
yakni di Kecamatan Singkil, Paal II dan Tikala.
Di Kecamatan Singkil, ketinggian air mencapai
3 meter dan berhasil mencapai atap rumah warga. Di Paal dua atau tepatnya di
Kampung Tubir, ketinggian air mencapai 2,5 meter. Sementara di Kecamatan
Tikala, air mencapai 2 meter dan meluap sampai ke kompleks kantor Walikota
Manado hingga SPBU Tikala. Jalan Krida Malalayang ikut terendam banjir akibat
sungai di Krida meluap. Selain itu ada juga banjir di Sario. Di Ranotana Weru
Lingkungan I juga banjir. Di luar Manado,
banjir juga melanda Tanawangko, Desa Sarani, Kabupaten Minahasa dan Desa
Popontolen, Kabupaten Minahasa Selatan.
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Provinsi Sulut menyebutkan, total
warga yang meninggal akibat bencana ini mencapai 16 orang. Satu dikabarkan
hanyut terserat air di Kombos. Satunya lagi di Perum Handayani Ranomuut. Wakil
Gubernur Sulut, Dr Djouhari Kansil MPd saat mengunjungi langsung lokasi bencana
dan korban mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor di Sulut, Minggu 17
Februari kemarin adalah bencana nasional. Dia berharap, pemerintah Kabupaten
dan Kota se Sulut membuat laporan terinci untuk diteruskan ke pemerintah pusat.
“Ya, ini sudah bencana nasional,” katanya
saat meninjau beberapa lokasi bencana di Kota Manado, Minggu (17/2) sore
kemarin.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi dan Kota Manado telah membuat sejumlah posko bantuan di
beberapa titik yang menjadi sentra banjir dan tanah longsor. Untuk korban di
Dendengan Dalam misalnya, telah di evakuasi di Posko pengungsian di kantor
Diknas Kota Manado.
Pemerintah dan warga terus bekerjasama
melakukan evakuasi. Sejumlah bantuan berupa makanan, obat-obatan dan tenda
disalurkan pemerintah dan pihak swasta.
“Utamakan keselamatan warga masyarakat,” pintah
Wagub Kansil.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Sulut, Ir Hoyke Makarawung, mengakui, bantuan yang telah
diberikan kepada warga korban banjir masih kurang.
“Kami terus berupaya agar dapat membantu
semaksimal mungkin,” katanya. Dia juga berharap agar warga untuk tetap
mewaspadai banjir dan longsor susulan.(onal)